GenPI.co - Pakar Politik Asia dan Timur Tengah dari Universitas Indonesia (UI) Abdul Muta'ali membeber alasan hengkangnya Amerika Serikat (AS) dari Afghanistan.
Ditariknya pasukan AS dari negara itu berimbas pada serangan Kilat kelompok Taliban yang mencapai puncaknya dengan dikuasainya Kabul pada Senin (16/8).
Menurut Abdul , berkurangnya sumber daya alam di Afghanistan seperti minyak dan tambang menjadi AS menarik seluruh pasukannya setelah 20 tahun beroperasi.
“Saya kira Amerika bukan hanya di Afghanistan ya, di Irak tahun 2003 datang lantaran menganggap bahwasannya Saddam Hussein punya zat kimia ternyata tidak,” bebernya di tayangan Apa Kabar Indonesia Petang, YouTube tvOneNews, Senin (16/8).
Abdul mengatakan, selama berada di Irak sejak 2003, AS banyak sekali mendapatkan pasokan minyak.
Menurutnya, AS menginvasi Irak lantaran persediaan minyak buminya yang melimpah.
“Sama kasusnya di Afghnistan, semakin menipis cadangan minyaknya, kemudian tambangnya, jadi nyaris tidak ada lagi makan siang gratis untuk membela pemerintahan Ashraf Ghani,” katanya.
Lantaran persediaan sumber daya alam itu makin menipis dan kering, maka idak ada lagi alasan bagi AS untuk tetap tinggal di Afghanistan.
“Ini hitung-hitunngan (Presiden Joe) Biden ini, saya kira sangat konkret, sangat profesional,” katanya.
Di kesempatan itu, Abdul juga menjelaskan kenapa Taliban bisa merebut Afganistan dengan bagitu cepat.
Hal tersebut terkait dengan perjanjian di Doha antara perwakilan pemerintah Afghanistan, Taliban dan AS.
Dalam perjanjian di bulan Februari 2020 bahwa Amerika itu harus meninggalkan Taliban dalam tempo sesingkat-singkatnya.
Namun Taliban tidak boleh mengikutsertakan kelompok gerilyawan ekstrimis sepeti Alqaedah dan lain-lain.
“Dan ternyata kelompok Ashraf Ghani pun sama tidak bisa menahan laju patriotisme di masyarakat Afgnaistan,” beber Abdul Muta'ali.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News