Nyali Perempuan Afghanistan Top, Tak Takut dengan Murka Taliban

27 Oktober 2021 01:40

GenPI.co - Aktivis perempuan Afghanistan di Kabul nekat berunjuk rasa pada Selasa (26/10) sebagai protes atas kelambanan masyarakat internasional pada negara itu.

Tak takut dengan Taliban, mereka  mengacungkan papan bertuliskan “mengapa dunia menyaksikan kita mati dalam diam?”

Padahal, kelompok penguasa Taliban itu  telah melarang demonstrasi dan memberangusnya dengan menggunakan kekerasan sejak mengambil alih kekuasaan pada Agustus.

BACA JUGA:  Pakar HAM PBB Kuak Hukuman Mati di Iran, Anak-anak pun Ikut Kena!

Mereka juga terlihat  memegang spanduk yang menegaskan "hak atas pendidikan" dan "hak untuk bekerja".

“Kami meminta Sekjen PBB untuk mendukung hak kami, atas pendidikan, untuk bekerja. Kami kehilangan segalanya hari ini,” Wahida Amiri, salah satu penyelenggara Gerakan Spontan Aktivis Perempuan di Afghanistan, mengatakan kepada AFP.

BACA JUGA:  MIliter Israel Menjatuhkan Selebaran, Tentara Arab Suriah Diancam

Demonstrasi mereka, menyikapi “situasi politik, sosial dan ekonomi” di Afghanistan pada awalnya direncanakan berlangsung di dekat misi PBB di Afghanistan (UNAMA).

Tapi itu dipindahkan pada menit terakhir ke pintu masuk bekas "Zona Hijau," di mana gedung-gedung beberapa kedutaan Barat berada.

BACA JUGA:  Peretas Rusia Lancarkan Serangan Baru, AS dan Eropa Diacak-acak

Namun sebenarnya sebagian gesung tersebut telah kosong dan para diplomat meninggalkan  negara itu ketika Taliban mengambil alih.

Orang-orang bersenjata Taliban di pintu masuk ke daerah ultra-aman awalnya meminta para demonstran dan pers untuk menjauh.

Seorang reporter AFP kemudian melihat penguatan selusin penjaga Taliban - kebanyakan dari mereka bersenjata - mendorong kembali jurnalis dan menyita ponsel seorang reporter lokal yang merekam protes.

“Kami tidak menentang Taliban, kami hanya ingin berdemonstrasi secara damai,” kata Amiri.

Demonstrasi simbolis oleh perempuan telah menjadi kejadian biasa di Kabul dalam beberapa pekan terakhir 

Sebab, Taliban masih belum mengizinkan mereka untuk kembali bekerja atau mengizinkan sebagian besar anak perempuan pergi ke sekolah.

Kamis lalu sekitar 20 wanita diizinkan untuk berbaris selama lebih dari 90 menit, tetapi beberapa wartawan asing dan lokal yang meliput rapat umum dipukuli oleh pejuang Taliban.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Paskalis Yuri Alfred

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co