GenPI.co - Rencana Elon Musk untuk membuat landasan peluncuran roket SpaceX di Pulau Biak tampaknya sulit diwujudkan.
Dilansir dari The New York Times, rencana tersebut mendapat penolakan dari Suku Biak.
Para pemimpin suku Biak mengatakan bahwa pembangunan pelabuhan antariksa dapat merusak pohon di hutan lindung serta mengganggu habitat burung yang terancam punah.
Tak hanya itu, rencana tersebut juga akan membuat salah satu suku di Biak, Abrauw yang telah menghuni pulau itu selama 15 generasi kehilangan tempat tinggalnya.
"Posisi masyarakat adat jelas: kami menolak rencana itu," kata Ketua Dewan Adat Biak, Apolos Sroyer.
Apolos Sroyer mengatakan bahwa Suku Biak telah memiliki cara hidup sendiri dari generasi ke generasi. Mereka tentunya tidak akan rela semua itu dihilangkan demi rencana Elon Musk.
"Kami tidak makan satelit. Kami makan talas, dan ikan dari laut. Itu adalah cara hidup kami dari generasi ke generasi. Beri tahu Elon Musk bahwa itulah pendirian kami," ujarnya.
Suku Abrauw sediri merupakan salah satu dari 360 suku di Biak, yang kini memiliki sekitar 90 anggota.
Sebagian besar dari mereka tinggal di desa Warbon, yang berjarak sekitar satu setengah mil dari lokasi pelabuhan antariksa yang diusulkan kepada Elon Musk.
Sebelumnya, Presiden Jokowi menawarkan Pulau Biak di Papua, kepada CEO Tesla, Elon Musk untuk dimanfaatkan sebagai landasan peluncuran roket SpaceX.
Penawaran itu berawal dari perbincangan Presiden Jokowi dengan Elon Musk melalui telepon pada 11 Desember 2020.
Meskipun Elon Musk sendiri belum berkomitmen untuk menyepakati atau mengomentarinya tawaran Presiden Jokowi, namun wacana ini sudah dikecam oleh masyarakat adat Pulau Biak. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News