GenPI.co - Rusia pada hari Jumat (17/12) menerbitkan ultimatum keras kepada NATO yang hampir pasti akan ditolak oleh saingannya itu.
Negara beruang merah menerbitkan rancangan tuntutan keamanan agar NATO menolak keanggotaan Ukraina dan negara-negara bekas Soviet lainnya.
Aliansi negara-negara Barat itu juga diminta dan menghentikan pengerahan militer di Eropa Tengah dan Timur.
Tuntutan Rusia itu muncul di tengah meningkatnya ketegangan atas penumpukan pasukan Rusia di dekat Ukraina yang telah menimbulkan kekhawatiran akan invasi.
Moskow telah membantah memiliki rencana untuk menyerang tetangganya tetapi menginginkan jaminan hukum yang menghalangi ekspansi NATO dan menyebarkan senjata di sana.
Wakil Menteri Luar Negeri Sergei Ryabkov mengatakan hubungan Rusia dengan AS dan NATO telah mendekati titik berbahaya.
Dia mencatat bahwa penyebaran aliansi dan latihan di dekat Rusia telah menimbulkan ancaman "yang tidak dapat diterima" terhadap keamanannya.
“Moskow ingin AS segera memulai pembicaraan mengenai proposal di Jenewa”, katanya kepada wartawan.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan aliansi telah menerima dokumen Rusia itu.
“Setiap dialog dengan Moskow “juga perlu mengatasi kekhawatiran NATO tentang tindakan Rusia, didasarkan pada prinsip-prinsip inti dan dokumen keamanan Eropa, dan berlangsung dalam konsultasi. dengan mitra Eropa NATO, seperti Ukraina,” tegas dia.
Dia menambahkan bahwa 30 negara NATO telah menjelaskan bahwa jika Rusia mengambil langkah-langkah konkret untuk mengurangi ketegangan, pihaknya siap bekerja untuk memperkuat langkah-langkah membangun kepercayaan.
Penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan pemerintah siap untuk membahas kekhawatiran Moskow tentang NATO dalam pembicaraan dengan para pejabat Rusia.
Rusia mencaplok Semenanjung Krimea Ukraina pada 2014 dan tak lama setelah itu memberikan dukungannya di balik pemberontakan separatis di timur negara itu.
Pertempuran yang berlangsung lebih dari tujuh tahun pertempuran telah menewaskan lebih dari 14.000 orang dan menghancurkan jantung industri Ukraina, yang dikenal sebagai Donbas.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News