Prajurit Rusia di Ukraina: Menangis dan Tolak Perintah Komandan

03 Maret 2022 01:20

GenPI.co - Para prajurit Rusia yang diterjunkan ke Ukraina berada dalam kekacauan dan menangis ketika mereka diminta untuk menembak musuh.

Hal itu diungkapkan seorang pejabat Pentagon yang dikutip oleh surat kabar New York Times, pada Senin (1/3)

Surat kabar itu lebih lanjut mengatakan bahwa tentara ini menyabotase kendaraan mereka untuk menghindari pertempuran.

BACA JUGA:  Rusia Menembus Jantung Ukraina, ini 5 Kota yang Berhasil Dikuasai

Pejabat Pentagon mengatakan kepada New York Times bahwa sejumlah besar tentara Rusia adalah anak muda yang kurang terlatih dan tidak siap untuk perang skala penuh. 

“Mereka juga menderita karena moral yang rendah dan kekurangan sumber daya, termasuk makanan dan bahan bakar,” kata pejabat itu lebih lanjut.

BACA JUGA:  Presiden Ukraina Selamat, Unit Pembunuh Chechnya Binasa Semua

Laporan NYT juga menyebut bahwa para prajurit ini sengaja melubangi kendaraan mereka, hanya untuk menghindari pertempuran.

Tindakan itu berdasarkan pernyataan yang diberikan oleh tentara Rusia yang ditangkap.

BACA JUGA:  Kelompok Perang Ukraina Bergerak, Rusia Dirusak dari Dalam

Laporan itu menambahkan, ini yang menjadi alasan mengapa konvoi tank dan kendaraan lapis baja sepanjang 40 km lrbih di dekat Kyiv nyaris merangkak dalam beberapa hari terakhir.

Pejabat Pentagon yang dikutip oleh NYT, mengatakan bahwa komandan Rusia yang memimpin pasukan lapis baja mungkin memikirkan kembali rencana pertempuran mereka untuk maju, dan mengepung serta merebut ibukota Ukraina.

Sebuah badan intelijen Inggris merilis pesan radio yang disadap, yang mendukung klaim yang dibuat dalam laporan New York Times.

Rekaman suara yang dipublikasikan oleh oleh Daily Mail itu  mengungkapkan bahwa pasukan Rusia menolak untuk mematuhi perintah komando mereka untuk menyerang kota-kota Ukraina. 

Perusahaan intelijen ShadowBreak telah merilis rekaman suara 24 jam sejak invasi perang Ukraina dimulai di Twitter.

Terkuak bahwa terjadi  kurangnya koordinasi yang mengganggu antar unit yang  kadang-kadang bahkan saling menembak,".

Salah satu pesan ini mengungkapkan debat menegangkan antara seorang tentara Rusia di lapangan di Ukraina dan rekannya di pusat komando.

Para tentara itu mengatakan bahwa tidak dapat menggunakan artileri di suatu daerah sampai warga sipil pergi.

Pada sesi Majelis Umum PBB pada hari Senin, duta besar Ukraina Sergiy Kyslytsya membaca pesan teks, yang dia klaim dikirim oleh tentara Rusia kepada ibunya tepat sebelum dia terbunuh di Ukraina.

"Mama, aku di Ukraina. Aku takut! Mereka menyebut kami fasis. Mama, ini sangat sulit," kata Kyslytsya membaca pesan itu.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Paskalis Yuri Alfred

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co