Putra Mantan Pengusaha era Shah Puji Protes Antihijab: Rezim Iran Bisa Berakhir Kapan Saja

29 September 2022 09:25

GenPI.co - Reza Pahlavi, putra mantan penguasa Iran erah Shah memuji protes antihijab sebagai revolusi penting oleh perempuan.

Melansir AFP, Kamis (29/9), dia juga mendesak dunia untuk menambah tekanan pada kepemimpinan Iran saat ini.

Reza Pahlavi, yang ayahnya digulingkan dalam Revolusi Islam 1979, menyerukan persiapan yang lebih besar untuk sistem Iran masa depan yang sekuler dan demokratis.

BACA JUGA:  Gelombang Kerusuhan Antihijab Meluas, Presiden Iran Panik dan Melontarkan Sumpah

"Ini benar-benar di zaman modern, menurut pendapat saya, revolusi pertama untuk wanita, oleh wanita -- dengan dukungan pria, putra, saudara, dan ayah Iran," ucap Pahlavi, yang tinggal di pengasingan di wilayah Washington, kepada AFP.

Dia kemudian menyebut istilah bahasa Spanyol untuk kondisi yang terjadi di Iran saat ini

BACA JUGA:  Protes Antihijab: Video Dramatis Wanita Iran Potong Rambut di Depan Jenazah Sang Kakak

"Sudah sampai pada intinya, seperti yang orang Spanyol katakan, basta - kita sudah cukup," ucap idia

Demonstrasi telah membanjiri kota-kota besar, dengan puluhan orang tewas, sejak kematian Mahsa Amini.

BACA JUGA:  Pihak Berwenang Tewaskan 75 Orang di Protes Antihijab, Rezim Iran Makin Terdesak

Gadis berusia 22 tahun meninggal pada 16 September dalam tahanan polisi moral Iran.

Amini  diduga melanggar persyaratan ketat bahwa perempuan mengenakan jilbab di depan umum.

Pahlavi juga juga mengutuk diskriminasi terhadap minoritas dan komunitas LGBTQ yng dilakukan oleh rezin Iran.

“Simbolisme represi hari ini diwakili oleh perempuan,” katanya.

Dia menambahkan bahwa perempuan Iran meminta hak sama untuk diri mereka sendiri, sebagaimana kebebasan yang dirakan oleh kaum hawa di negara sekular. 

Reza Shah, kakek Reza Pahlavi, pada  tahun 1936 mrlarang penggunaan hijab dan cadar sebagai bagian dari upaya Westernisasi yang terinspirasi oleh negara tetangga Turki.

Syah terakhir, Mohammad Reza Pahlavi, membiarkan hijab menjadi pilihan, yang berakhir ketika republik Islam itu memberlakukan persyaratan "kesopanan" perempuan di depan umum.

Pahlavi, ayah dari tiga anak perempuan, mengatakan bahwa masyarakat Iran telah berupaya mendobrak  chauvinisme laki-laki dan bahwa pilihan perempuan harus dihormati.

"Perempuan boleh memutuskan untuk memakai atau tidak memakai hijab. Tapi itu harus menjadi pilihan, pilihan bebas, tidak dipaksakan karena alasan ideologis atau agama," katanya.

Pemerintahan Iran dengan nilai-nilai Islam sendiri  telah bertahan lebih dari empat dekade meskipun ada perbedaan pendapat dan antipati dari Barat, khususnya Amerika Serikat.

Pahlavi bersikeras bahwa sistem itu dapat berakhir kapan saja, dan bahwa dunia harus siap.

"Kita perlu mempertimbangkan kemungkinan besar bahwa rezim ini tidak akan bertahan lama," katanya.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Paskalis Yuri Alfred

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co