GenPI.co - Kebocoran gas metana dari jalur pipa Nord Stream di Swedia mengancam ekosistem di sekitarnya rusak.
Seperti diketahui, sudah lebih dari dua bulan kebocoran tersebut terjadi.
Menurut Badan Energi Denmark, jalur pipa tersebut menyimpan sekitar 778 juta meter kubik metana ketika mengalami kerusakan.
University of Gothenburg, Swedia, meneliti bahwa sebagian besar gas metana yang bocor dari jalur pipa di dasar Laut Baltik tersebut tidak naik ke atmosfer.
“Sebaliknya, metana larut dalam air dan menyebar mengikuti arus," ujar Peneliti University of Gothenburg Bastien Queste dalam siaran pers, dilansir dari Antara, Senin (12/12).
Queste mengatakan pihaknya melihat tingkat metana yang sangat tinggi dalam dua pekan pertama.
“Hampir terlalu tinggi untuk diukur oleh sensor kami dan mungkin hingga seratus kali lebih tinggi dari tingkat normal,” paparnya.
Menurut Queste, pihaknya sempat mencatat penurunan kembali ke level normal baru-baru ini.
“Namun, kami bahkan terkadang masih melihat sisa-sisa metana yang sangat tinggi," ujar ahli kelautan itu.
Penelitian itu dilakukan bekerja sama dengan yayasan penelitian kelautan Swedia, Voice of the Ocean.
Para peneliti mengerahkan robot bawah air untuk melakukan pengukuran berkelanjutan dan data dikirim ke peneliti melalui satelit.
“Metana dalam jumlah besar yang larut dalam air itu mungkin akan memengaruhi kehidupan laut," papar Ahli Biologi Kelautan University of Gothenburg Thomas Dahlgren.
Dahlgren berteori bahwa penurunan metana yang cepat adalah karena dicerna oleh bakteri, sesuatu yang akan memicu fertilisasi berlebihan dan pengasaman laut.
"Itulah yang terjadi setelah kebocoran serupa di Teluk Meksiko pada 2010," ungkap Dahlgren. (ant)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News