GenPI.co - Meski menganut Kristen Ortodoks seperti Rusia, namun rakyat Ukraina memenuhi Gereja pada Minggu, 25 Desember untuk merayakan Natal.
Hal tersebut bertentangan dengan tradisi yang ditetapkan pemimpin spiritual Rusia yang merayakan kelahiran Yesus Kristus pada 7 Januari.
Melansir AFP, seorang jemaah bernama Olga Stanko yang mengikuti perayaan di Kiev Tengah mengatakan bahwa dirinya mendukung setiap langkah yang akan menjauhkan Ukraina dari Rusia.
"Perang telah membuat kami sangat sedih. Kami tidak dapat melakukan ini dengan Rusia, tetap berada di bawah pengaruhnya,” katanya.
Keputusan beberapa gereja Ukraina untuk memperingati Natal pada 25 Desember menandai keretakan antara para pemimpin agama di Kiev dan Moskow yang semakin dalam.
Jajak pendapat Interfax-Ukraina menunjukkan peningkatan jumlah yang mendukung pemindahan hari suci Kristen ke 25 Desember.
Dukungan melonjak dari 26 persen pada 2021 menjadi 44 persen pada 2022, meskipun 31 persen masih menentangnya.
Ukraina telah berada di bawah kepemimpinan spiritual Moskow setidaknya sejak abad ke-17.
Namun bagian dari Gereja Ortodoks Ukraina memutuskan hubungan dengan Moskow pada 2019 karena pencaplokan Krimea oleh Rusia dan dukungan untuk separatis di timur.
Pada bulan Mei, cabang Gereja Ortodoks Ukraina yang didukung Rusia juga memutuskan hubungan dengan Moskow.
Sementara itu, pemimpin umat Katolik sedunia Paus Fransiskus menyerukan untuk mengakhiri konflik di Ukraina.
"Semoga Tuhan ... mencerahkan pikiran mereka yang memiliki kekuatan untuk membungkam guntur senjata dan segera mengakhiri perang yang tidak masuk akal ini!" kata pria berusia 86 tahun itu.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News