GenPI.co - Pasukan Israel menguasai penyeberangan perbatasan Rafah yang penting di Gaza pada Selasa dalam apa yang digambarkan Amerika Serikat sebagai operasi terbatas.
Dilansir AP News, seiring meningkatnya kekhawatiran akan invasi besar-besaran ke kota selatan dan pembicaraan dengan Hamas mengenai gencatan senjata dan pembebasan sandera masih berada di ujung tanduk.
PBB memperingatkan potensi terhentinya aliran bantuan ke Palestina akibat penutupan penyeberangan Rafah dari Mesir dan penyeberangan utama lainnya ke Gaza, Kerem Shalom, dari Israel, pada saat para pejabat PBB mengatakan bahwa Gaza utara sedang mengalami “kerusakan penuh.”
Serangan Israel ini terjadi setelah berjam-jam kemelut dalam perang Israel-Hamas yang sudah berlangsung selama 7 bulan, di mana kelompok militan tersebut mengatakan pada hari Senin bahwa mereka menerima proposal gencatan senjata yang menurut Israel tidak memenuhi tuntutan inti mereka.
Langkah-langkah diplomatik yang berisiko tinggi dan pendekatan militer yang berada di ambang bahaya meninggalkan secercah harapan bagi kesepakatan untuk setidaknya menghentikan perang, yang telah menewaskan lebih dari 34.700 warga Palestina, menurut pejabat kesehatan setempat, dan telah menghancurkan Jalur Gaza.
Penyeberangan Rafah dan Kerem Shalom merupakan pintu masuk penting bagi makanan, obat-obatan dan pasokan lainnya bagi 2,3 juta penduduk Gaza.
Jalur tersebut telah ditutup setidaknya selama dua hari, meskipun penyeberangan Erez yang lebih kecil antara Israel dan Gaza utara tetap dibuka.
Dengan menguasai perbatasan Rafah, Israel memperoleh kendali penuh atas masuk dan keluarnya orang dan barang untuk pertama kalinya sejak menarik tentara dan pemukim dari Gaza pada 2005, meskipun Israel telah lama mempertahankan blokade wilayah pesisir tersebut melalui kerja sama dengan Mesir.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut perebutan perbatasan itu sebagai “langkah penting” menuju pembongkaran kemampuan militer dan pemerintahan Hamas.
Menteri Pertahanan Yoav Gallant mengatakan Israel akan “memperdalam” operasi Rafah jika perundingan mengenai kesepakatan penyanderaan gagal.
Osama Hamdan, seorang pejabat Hamas yang berbasis di Beirut, mengatakan kelompok militan tersebut tidak akan menanggapi tekanan atau ancaman militer dan tidak akan menerima “kekuatan pendudukan” apa pun di penyeberangan Rafah. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News