GenPI.co - Fakta Remdesivir diklaim ampuh pulihkan pasien Covid-19. Vaksinnya dinilai paten. Sangat efektif. Sebelum mengambil keputusan, ada baiknya simak dulu faktanya. Dikutip dari Financial Times, berikut adalah 5 fakta seputar obat Ebola tersebut.
1. Ada Bukti Obat ini Tidak Bisa Bekerja
Sebuah percobaan dipublikasikan dalam jurnal medis The Lancet yang menunjukkan hasil yang mengecewakan.Dilakukan di China, studi itu hasilnya menunjukkan tak ada manfaat bagi mereka yang meminum remdesivir.
BACA JUGA: Awas! Zodiak Ini Jago Bikin Cowok Terpana
Para pasien Corona Covid-19 yang meminum remdesivir rata-rata sembuh dalam rata-rata 21 hari, dibandingkan dengan mereka yang meminum placebo dalam rata-rata 23 hari.Bisa jadi ada sedikit perbaikan jika pasien meminumnya lebih cepat. Jika mereka meminumnya pada 10 hari pertama setelah mengalami gejala, mereka bisa sembuh dalam rata-rata 18 hari.
Beberapa analisis mendukung hal tersebut. Masuk akal bila mengonsumsi obat antivirus sebelum virus Corona Covid-19 menyebar luas untuk merusak beberapa bagian tubuh. Namun para penulis memperingatkan bahwa hal ini secara statistik tidak signifikan.
2. Obat Untuk Menangani Ebola
Remdesivir adalah obat antivirus yang menargetkan replikasi mekanisme virus untuk menghentikan mereka bereproduksi. Obat ini awalnya dikembangkan oleh Gilead, perusahaan biokteknologi di California, untuk menangani Ebola, namun tak pernah disetujui.
Akhirnya para peneliti mencoba menggunakan remdesivir untuk menangani virus Covid-19 karena obat ini menunjukkan efek pada penyakit akibat virus corona lainnya. Bulan lalu, Gilead memperoleh status 'orphan drug' untuk remdesivir dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA). Namun obat ini hanya diperuntukkan bagi penyakit yang menyerang kurang dari 200 ribu orang di AS.
3. Ada Beberapa Masalah dalam Penelitiannya
Percobaan harus melibatkan cukup banyak pasien untuk bisa dianggap secara statistik signifikan. Percobaan NIAID melibatkan ribuan pasien di seluruh dunia. Sementara yang di China melibatkan 237 pasien, namun jatuh jauh dari target yang lebih besar.
Ini dikarenakan China mampu mengatasi wabah, sehingga tak banyak pasien untuk dapat dikaji. Selain itu, mereka juga harus bisa memenuhi standar ilmiah yang kuat untuk menarik kesimpulan tentang apakah obat itu bisa bekerja.
BACA JUGA: Setelah Putus Sama Mantan, Kamu Wajib Hindari Ini
Percobaan di China yang pertama kali mencapai hal ini, ada kendali di mana sekelompok pasien yang menerima obat remdesivir dan ada kelompok yang tidak. Kebanyakan studi tidak memiliki kendali.
Gilead bahkan mempublikasikan studi mereka sendiri yang tidak memiliki kelompok pengendali, dan membandingkan orang-orang yang meminum remdesivir selama lima hari dengan yang meminumnya selama 10 hari. Hal itu membuatnya semakin sulit untuk menarik kesimpulan yang lebih luas. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News