Bahaya! Tetangga Indonesia Terancam Resesi

01 Juni 2020 13:20

GenPI.co - Pandemi Virus Corona membuat perekonomian dua tetangga Indonesia dalam bahaya. Singapura dan Malaysia sama-sama kompak terancam resesi. 

Dampak dari pemberlakuan protokol kesehatan yang ketat memang menggerus ekonomi dunia. Raksasa ekonomi sekelas Singapura pun goyang. Malaysia juga ikutan limbung. 

Singapura yang mencatatkan rekor kasus COVID-19 terbanyak di ASEAN seperti tak bisa berbuat banyak. Dengan aturan semi lockdown yang disebut circuit breaker, Negeri Singa Putih itu dibuat kelabakan. 

BACA JUGA: Juni Sangat Bersahabat dengan Leo, Hoki dan Rezekinya Maksimal

Sekretaris Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura (MTI), Gabriel Lim, mengatakan pembatasan yang dilakukan merusak aktivitas ekonomi. Kinerja paruh kedua Singapura di 2020 akan bergantung pada sejauh mana negeri itu bisa menahan COVID-19 dan memutus rantai penyakit.

Meski demikian, ini bukanlah ramalan tersuram yang diungkap MTI. Di 2009, Singapura pernah diramal resesi dengan ekonomi berkontraksi -9% karena krisis keuangan global. Sementara itu, PDB kuartal pertama 2020 Singapura direvisi menjadi 0.7%, dari sebelumnya kontraksi -2,2%. Manufaktur menjadi penopang.

Setelah Singapura, Malaysia juga ikut dihadapkan pada persoalan serupa. Setelah membukukan pertumbuhan kuartalan paling lambat sejak krisis keuangan global, ekonomi Malaysia diperkirakan akan memasuki resesi dalam empat hingga enam bulan ke depan.

“Akibat perbatasannya tertutup bagi orang asing dan macetnya perdagangan di seluruh dunia, berbagai industri termasuk pariwisata dan penerbangan telah lumpuh. Ini  menambah ketidakpastian pada rebound perdagangan pada kuartal pertama,” kata Mohd Uzir Mahidin, kepala statistik Malaysia, dikutip dari MalayMail, Minggu (31/5/2020).

BACA JUGA: Kasihan Banget! Pernikahan di Depan Mata tapi Cowoknya Selingkuh

Proyeksi perlambatan ke depan dalam ekonomi dikeluarkan setelah produk domestik bruto (PDB) negara itu hanya tumbuh 0,7% dalam tiga bulan pertama tahun ini. Itu merupakan angka pertumbuhan terendah sejak kuartal ketiga 2009, jelas Mahidin.

Angka itu jauh lebih rendah dari proyeksi pertumbuhan 3,9% sampai 4,2%. “Rendahnya pertumbuhan terjadi karena negara kehilangan 22,8 miliar ringgit (US$ 5,3 miliar) dalam output ekonomi karena memberlakukan kuncian (lockdown) di seluruh negeri,” katanya. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Agus Purwanto

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co