Ada Capres Amerika Didukung Rusia-China-Iran, Trump Bagaimana?

10 Agustus 2020 13:10

GenPI.co - Amerika berada di bawah bayang-bayang cerita horor. Salah seorang capres Amerika didukung Rusia, China dan Iran. Lantas bagaimana sikap Presiden Donald Trump?

Ada kekhawatiran yang amat sangat di Negeri Paman Sam. Apalagi waktu pemilihan presiden Amerika Serikat semakin dekat, 3 November 2020. 

Setidaknya ada dua nama yang sangat diperhitungkan. Yang pertama adalah Presiden Donald Trump. Satunya lagi calon dari Partai Demokrat, Joe Biden.

BACA JUGA: Zodiaknya Selalu Teringat Mantan, Kata Astrologi Ternyata…

Dari laporan intelijen, salah satu di antaranya mendapat dukungan kuat dari Rusia-China-Iran. Di antaranya memang ada yang terlihat tak begitu enjoy dengan kepemimpinan Donald Trump.

Hal ini dimuat dalam laporan Pusat Kontra Intelijen dan Keamanan Nasional, Jumat (7/8/2020). Informasi dirilis untuk membantu orang AS menjaga pemilu di negeri itu.

BACA JUGA: Zodiak Paling Santuy Sedunia, Sendiri Malah Happy

“Kami prihatin tentang aktivitas yang sedang berlangsung dan potensial oleh China, Rusia, dan Iran,” kata William Evanina, Direktur Pusat Kontra Intelijen dan Keamanan Nasional, Senin (10/8/2020).

Ada gerakan untuk membuat pengaruh terselubung dan terbuka dalam upaya mempengaruhi pemilih Amerika. Itu sangat berpotensi mengubah kebijakan Amerika,meningkatkan perselisihan serta merusak kepercayaan rakyat dalam proses demokrasi menuju pemilihan 3 November.

Trump telah memberi tanggapan atas laporan intelijen tersebut pada konferensi pers Jumat malam.

“Bisa jadi,” kata Trump. 

BACA JUGA: Master Selingkuh, Zodiaknya Nggak Pernah Ketahuan Main Belakang

Menanggapi penilaian intelijen itu, juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Ullyot mengatakan AS tidak akan mentolerir campur tangan asing dalam proses pemilunya dan akan menanggapi ancaman asing yang berbahaya yang menargetkan lembaga demokrasi Amerika.

“Amerika Serikat sedang bekerja untuk mengidentifikasi dan mencegah upaya pengaruh asing. Termasuk upaya yang dirancang untuk menekan jumlah pemilih atau merusak kepercayaan publik dalam integritas pemilu kami,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Ullyot. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Agus Purwanto

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co