Mengenaskan, 26 Orang Tewas dalam Ledakan di Bandara Yaman

31 Desember 2020 21:04

GenPI.co - Sebanyak 26 orang tewas dan lebih dari 50 orang lainnya cedera dalam ledakan besar menghantam bandara di kota Aden, Yaman selatan, pada Rabu (30/12/2020).

Dilansir Aljazeera, Kamis (31/12/2020) bahwa ledakan ini terjadi setelah pesawat yang mengangkut perwakilan Arab Saudi mendarat dan tidak ada seorang pun di pesawat pemerintah yang terluka.

BACA JUGA: Kapal Terbalik, Tiga ABK WNI Hilang di Pulau Leju Korsel

Beberapa jam setelah serangan itu ledakan kedua terdengar di sekitar istana kepresidenan Maasheq Aden. Tempat ini sedang menampung anggota kabinet termasuk Perdana Menteri Maeen Abdulmalik serta duta besar Saudi untuk Yaman.

Saat ledakan, orang-orang penting dari kedua negara pun langsung dibawa ke tempat aman. Hingga berita ini dibuat, belum diketahui pula alasan dan pemicu ledakan tersebut.

"Serangan berbahaya, pengecut dan teroris ini, menempatkan pemerintah di jantung tanggung jawabnya, yang merupakan tugas mengakhiri kudeta, memulihkan negara, menyebarkan stabilitas dan pemulihan negara kita,” ucap Abdulmalik.

Sementara itu, Menteri Informasi Yaman, Moammar Al-Eryani, menyalahkan serangan itu pada Houthi yang didukung Iran. Dia menyatakan semua anggota pemerintah aman.

"Kami meyakinkan orang-orang hebat kami bahwa anggota pemerintah baik-baik saja, dan kami meyakinkan Anda bahwa serangan teroris pengecut oleh milisi Houthi yang didukung Iran tidak akan menghalangi kami untuk melaksanakan tugas patriotik kami," kata Al-Eryani.

Namun begitu, hingga saat ini sumber ledakan masih belum diketahui dan tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas penyerangan bandara tersebut.

Diketahui, pemerintah Yaman yang baru dilantik pada 18 Desember oleh Presiden Abd Rabbu Mansour Hadi. Proses ini adalah bagian dari kesepakatan pembagian kekuasaan yang ditengahi oleh Arab Saudi pada 2019.

Dipimpin oleh Perdana Menteri Abdulmalik, pemerintahan baru mewakili wilayah utara dan selatan Yaman dengan jumlah anggota yang sama untuk setiap wilayah. Pembentukannya adalah hasil dari kompromi antara milisi yang didukung Uni Emirat Arab di Dewan Transisi Selatan dan loyalis Presiden Hadi yang didukung Saudi.

Kesepakatan tersebut dimaksudkan untuk mengakhiri bentrokan militer antara pihak-pihak tersebut, sehingga mereka dapat bertempur sebagai sekutu melawan gerakan pemberontak Houthi. Tahun lalu, Houthi menembakkan rudal ke parade militer pejuang yang baru lulus dari kelompok yang setia kepada UEA di pangkalan militer di Aden, menewaskan puluhan orang.

BACA JUGA: Awas Perang Dini! Manuver Amerika Bisa Tantang China

Yaman, negara termiskin di dunia Arab, telah dilanda perang saudara sejak 2014, ketika pemberontak Houthi menguasai utara dan Sanaa. Tahun berikutnya, koalisi militer yang dipimpin Saudi turun tangan untuk berperang melawan Houthi dan mengembalikan pemerintahan Hadi ke tampuk kekuasaan.

Perang tersebut telah menewaskan lebih dari 112 ribu jiwa, termasuk ribuan warga sipil. Konflik tersebut juga mengakibatkan krisis kemanusiaan terparah di dunia.

 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Luthfi Khairul Fikri

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co