AS Dilema Tinggalkan Afghanistan, Alasannya Mencengangkan

20 Februari 2021 16:32

GenPI.co - Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Lloyd Austin menyerukan pengurangan kekerasan di Afghanistan dan mengatakan lebih banyak kemajuan diperlukan dalam negosiasi perdamaian Afghanistan sebelum pasukan Barat menarik diri dari negara yang dilanda perang itu.

"Jelas, kekerasan terlalu tinggi sekarang dan kemajuan lebih lanjut perlu dibuat dalam negosiasi yang dipimpin Afghanistan," kata Sekretaris Austin dalam keterangannya, sperti dilansir dari Reuters, Sabtu (20/2/2021).

BACA JUGA: Waduh! AS Ternyata Ketakutan pada China, Dunia Bisa Ambrol

Lebih lanjut, menurutnya, AS mendesak semua pihak untuk memilih jalan menuju perdamaian, dan kekerasan harus berkurang sekarang. Mereka juga saat ini tidak akan melakukan penarikan yang tergesa-gesa atau tidak teratur dari Afghanistan.

"Sementara itu, misi saat ini akan terus berlanjut dan, tentu saja, komandan memiliki hak dan tanggung jawab untuk mempertahankan diri dan mitra Afghanistan mereka dari serangan," jelasnya.

Dengan kata lain, saat ini Presiden baru AS Joe Biden akan menghadapi pilihan sulit di Afghanistan, apakah akan menarik semua pasukan AS pada akhir April, seperti yang dijanjikan kepada Taliban oleh mantan pemerintahan Trump.  

Atau memperpanjang kehadiran pasukan AS sambil mencoba mempertahankan pembicaraan perdamaian Afghanistan yang bermasalah.

Sementara, wakil pemimpin Taliban Mullah Abdul Ghani Baradar meminta AS untuk menghormati kesepakatannya mengenai penarikan pasukan internasional dan memperingatkan bahwa kelompok itu tidak akan membiarkan campur tangan berkelanjutan dalam urusan Afghanistan.

Sedangkan, Duta Besar Pakistan untuk AS menerangkan bahwa pemerintahan Biden harus bernegosiasi dengan Taliban mengenai keputusan apapun untuk mempertahankan pasukan di negara itu.

“Pihak pertama yang perlu diajak berkonsultasi adalah Taliban. Di situlah prosesnya harus dimulai,” imbuh perwakilan Duta Besar Pakistan, Asad Majeed Khan.

Kelompok Studi Afganistan AS bipartisan, yang diamanatkan oleh Kongres, turut merekomendasikan pendekatan baru ke Afghanistan awal bulan ini.

"Kami merekomendasikan agar pasukan AS tetap di luar 1 Mei," kata Kelly Ayotte, salah satu ketua kelompok studi dan mantan senator Republik AS.

Bagi dia, penarikan pasukan AS dan internasional yang tiba-tiba pada Mei, akan menjadi bencana besar bagi Afghanistan, yang mengarah pada perang saudara dan memungkinkan pemulihan kelompok teror yang dapat mengancam Amerika Serikat.

Sebelumnya, AS menginvasi Afghanistan pada 2001 setelah serangan 11 September al-Qaeda. Pada saat itu, Taliban menguasai negara itu dan telah memberikan perlindungan aman bagi al-Qaeda.

Pensiunan Jenderal Joseph Dunford, mantan ketua Kepala Staf Gabungan militer AS di bawah Presiden Barack Obama, menambahkan kelompok studi melihat peluang sekarang untuk upaya diplomatik yang lebih luas dalam mendukung negosiasi perdamaian Afghanistan.

“Faktanya, tampaknya ada keadaan akhir yang akan memuaskan semua pemangku kepentingan regional termasuk Pakistan, China, Rusia, India, dan lainnya,” ucap Dunford.

Adapun, AS dan Taliban telah mencapai kesepakatan pada Februari 2020 - setelah berbulan-bulan negosiasi di Doha, Qatar, yang menyerukan gencatan senjata permanen, negosiasi perdamaian antara Taliban dan pemerintah Afghanistan, dan penarikan semua pasukan asing pada 1 Mei.

BACA JUGA: WHO Belum Setuju Vaksin J&J untuk Penggunaan Darurat Lawan Corona

Pembicaraan damai antara Taliban dan pemerintah Kabul dimulai pada bulan September tetapi telah dirusak oleh konflik yang berkelanjutan, serangan dan pembunuhan terkait Taliban.

Ada sekitar 2.500 tentara AS dan 10.000 tentara NATO di Afghanistan sekarang. Keputusan AS untuk tetap bertahan melewati 1 Mei kemungkinan akan menghasilkan konflik baru dengan Taliban dan memerlukan pengerahan 2.000 atau lebih pasukan AS.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Luthfi Khairul Fikri

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co