Studi: Banyak Orang Depresi Beli Obat Keras Ilegal Selama Pandemi

02 Maret 2021 23:53

GenPI.co - Banyak peneliti telah melihat bukti pandemi mungkin mendorong lebih banyak orang untuk membeli pil tidur ilegal dan obat kecemasan secara online.

Membeli benzodiazepin, atau "benzos", tanpa resep tentu hala itu merupakan melanggar hukum dan berarti memiliki obat Kelas C di Inggris Raya.

BACA JUGA: Titah Xi Jinping Bikin Joe Biden Gemetaran

Angka menunjukkan peningkatan jumlah tablet diazepam dan alprazolam yang dibeli secara ilegal di Inggris dan dikirim untuk diuji ke laboratorium umum.

WEDINOS, laboratorium yang dijalankan oleh Public Health Wales, menguji obat-obatan yang dikirim secara anonim sebagai bagian dari layanan pengurangan dampak buruk.

Meskipun ini bukan cara untuk mengukur penggunaan narkoba di Inggris, ini dapat memantau tren narkoba.

Angka yang dikirim dari WEDINOS menunjukkan jumlah benzodiazepin yang dikirim meningkat selama tahun pandemi, sebesar 25% pada tahun 2020, dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Yang mengkhawatirkan, juga terjadi peningkatan level substitusi dibandingkan dengan 2019.

Pada kuartal terakhir tahun 2020, misalnya, kurang dari setengah sampel diazepam dan alprazolam (atau Xanax) yang diuji benar-benar mengandung zat tersebut.

Bukti anekdotal menunjukkan bahwa mungkin juga ada peningkatan orang yang membeli benzodiazepin secara online.

Salah satu penjual obat keras ilegal itu mengatakan dia saat ini selalu didekati untuk memasok obat itu lebih teratur sejak dimulainya pandemi.

"Sejak pandemi, saya mendapat tiga hingga empat pesan dalam seminggu yang meminta saya untuk memasok bensin karena mereka tidak bisa mendapatkannya dari dokter," kata dia yang tak mau disebutkan namanya, seperti dilansir dari Sky News, Selasa (2/3/2021).

Ada kekhawatiran bahwa orang mungkin melakukan pengobatan sendiri secara online karena kesehatan mental yang buruk.

Salah satunya bernama Cathy, dia telah kecanduan diazepam, dibeli di internet, selama bertahun-tahun.

Dia saat ini dirawat di klinik Addiction to Online Medicine di London dan akhirnya bersih setelah beberapa kali menjalani rehabilitasi.

Dia menggambarkan titik terendahnya, karena mengonsumsi obat-obatan, sebagai hilangnya ingatannya dan depresi.

"Saya tidak bisa bangun dari tempat tidur. Saya hanya merasa hidup tidak ada gunanya, saya pikir itu adalah titik terendah bagi saya. Benar-benar menyadari bahwa saya tidak punya keinginan untuk hidup," kenang dia.

Menurutnya, kala itu dia hanya tidak punya alasan untuk bangun, aku tidak ingin bangun. Lockdown sempurna karena aku hanya tidak ingin bangun jadi aku tidak mau.

Sementara itu, Paul Hannaford adalah mantan pecandu narkoba yang melakukan perjalanan ke berbagai sekolah di Inggris untuk memberikan ceramah tentang pengalamannya dan mencoba untuk meningkatkan kesadaran.

Dia menggambarkan melepaskan benzos sebagai lebih sulit dari pada melepaskan heroin.

Dia khawatir dampak penguncian bisa memicu peningkatan penggunaan narkoba di kalangan anak muda.

"Saat ini, ada lebih banyak obat yang dijual online kepada anak muda daripada sebelumnya. Anda dapat mengakses situs mana pun,  mereka tidak tahu apa yang mereka beli untuk anak-anak ini," imbuhnya.

Sedangkan, Dr Owen Bowden-Jones, psikiater konsultan dari klinik Addiction to Online Medicine di London, menambahkan klinik tersebut memiliki pasien campuran, tergantung pada usia.

"Orang yang lebih muda di klinik cenderung lebih banyak laki-laki, dan seiring bertambahnya usia, kami cenderung melihat lebih banyak wanita," terang dia.

Dr Bowden-Jones juga memperingatkan tentang bahaya obat palsu yang dibeli di internet.

BACA JUGA: Sabda Tunangan Khashoggi Menggetarkan Jiwa, Dunia Dibuat Melongo

"Mereka akan memasukkan tablet dengan dosis variabel yang sering dengan banyak kotoran, dan yang paling mengkhawatirkan adalah dengan zat lain yang telah diganti," tambahnya.

"Kesulitan sebenarnya adalah jika Anda mengambil satu tablet dan Anda berpikir, yah, tampaknya agak lemah, tidak terlalu berpengaruh. Kemudian Anda mungkin mengambil tablet kedua, tablet itu mungkin jauh lebih kuat, dan risikonya adalah orang-orang overdosis. Mereka menjadi mabuk dengan cepat, dan mereka pingsan," lanjut tutur dia.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Luthfi Khairul Fikri

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co