Cakar DK-PBB Menancap di Myanmar, Junta Militer Bisa Gemetaran

GenPI.co - PBB sudah terlampau geram dengan kebrutalan junta militer di Myanmar. Cakar DK-PBB pun bakal menancap dalam bila pembantaian terus dilakukan militer.

Utusan khusus PBB, Christine Schraner Burgener paling lantang berteriak soal ini. Dia tegas meminta DK-PBB menindak junta militer yang terus membunuh demonstran anti-kudeta.

BACA JUGA: Gegara Karma, Hoki 4 Shio Ini Jadi Ambyar

Tak ada batas waktu pasti kapan berakhirnya gelombang demonstrasi di Myanmar. Yang jelas, tiap hari korban jiwanya kian meningkat. 

Seperti dilansir dari Reuters, hingga saat ini lebih dari 50 orang terbunuh akibat aksi protes yang berlangsung di Myanmar. 

BACA JUGA: Mujur Tingkat Dewa, Hoki 3 Shio Berkah Luar BIasa

Sebanyak 38 di antaranya terbunuh pada Rabu lalu karena serangan yang dilakukan militer Myanmar.

Hingga saat ini, ribuan massa masih melakukan aksi protes untuk menentang kudeta yang dilakukan militer dan meminta pembebasan terhadap Suu Kyi.

“Sampai kapan hal ini harus terjadi? Berapa lama aksi militer ini dibiarkan?” ujar Christine Schraner Burgener saat rapat terbatas Dewan Keamanan PBB.

Kebrutalan polisi dan militer Myanmar, menurutnya sudah melampai kepatutan. Banyak video yang memerlihatkan polisi Myanmar menembak demonstran dari jarak 1 meter.

BACA JUGA: Amarah 4 Zodiak Bisa Menggetarkan Dunia, Hati-hati!

Padahal demonstran itu dalam keadaan menyerah dan tidak menolak untuk ditangkap. Salah seorang anggota partai Kyi's National League for Democracy (NLD), juga dibunuh.

Dia dibunuh beserta seluruh keluarganya. Hal ini membuat aksi demonstrasi semakin memanas. Respons PBB pun muncul. Perwakilan China untuk PBB, Zhang Jun, mengutuk keras kebrutalan junta militer Myanmar.

BACA JUGA: 3 Zodiak Abai Janji, Hoki Istimewa pun Ikut Ambyar

Amerika Serikat beserta sejumlah negara barat kompak melakukan embargo. Kebijakan embargo akan segera diberikan dalam waktu dekat.

Itu didapat setelah cakar PBB yang memegang hak veto menyetujui hal tersebut. Belakangan, China dan Rusia ikut mendukung embargo bersama Amerika dan Negara lainnya. (*)