Seorang pejabat PBB mengatakan pada hari Minggu (26/12) mengatakan bahwa dia "terkejut" oleh laporan pembantaian di Malam Natal yang terjadi di Myanmar.
Perlawanan terhadap junta Myanmar meletus setelah seruan pemerintah pengasingan awal September lalu kepada rakyat sipil untuk melakukan perang defensif.
Saat demonstran Myanmar ngamuk, Rabu (8/9), 12 menara komunikasi junta langsung dibuat hancur. Kekuatan junta militer Myanmar terus digerus demonstran.
Badan Pengungsi PBB melaporkan ada 680.000 warga Myanmar mengungsi setelah konflik etnis, kudeta militer, kekerasan, dan penganiayaan terjadi di negara itu.
Utusan khusus PBB untuk Myanmar Christine Schraner Burgener menyebut perang saudara besar di Myanmar adalah risiko yang nyata setelah kudeta militer 1 Februari.