4 Ribu Anak di NTT Positif Kasus Bayi Kerdil, Ini Sebabnya

30 Agustus 2021 15:41

GenPI.co - Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur masih menangani sebanyak 4.010 anak yang mengalami kekerdilan (stunting) yang tersebar pada hampir semua kecamatan di daerah itu.

Kepala Dinas Kesehatan Sikka, Petrus Herlemus mengatakan diSikka masih ada 4.010 anak mengalami stunting.

"Pada Agustus-September ini kami lakukan pengukuran ulang dan kami yakin jumlahnya akan menurun setelah berbagai intervensi dilakukan," kata Petrus Herlemus, Senin, 30 Agustus 2021.

BACA JUGA:  Gempa Magnitudo 5,4 di NTT, Pusatnya di Kabupaten Timor Tengah

Ia mengatakan hal itu berkaitan dengan kasus kekerdilan yang menimpa anak-anak di Kabupaten Sikka, Pulau Flores, serta bagaimana upaya penganan dari pemerintah daerah setempat.

Petrus Herlemus menjelaskan angka kekerdilan di Sikka tercatat terus menurun selama tiga tahun terakhir yakni pada 2019 di angka 25 persen sementara per Februari 2021 menjadi 19,6 persen dengan jumlah penderita masih ditangani saat ini sebanyak 4.010 orang anak.

BACA JUGA:  Top! NTT Terapkan Layanan Tes PCR Gratis Untuk Warganya

Ia menyebutkan strategi penanganan yang dilakukan yakni dengan memperkuat sinergitas lintas sektor di tingkat desa hingga kabupaten.

Dinas Kesehatan, kata dia menerapkan metode Kolombia yakni metode penanganan stunting melalui intervensi asupan gizi makanan bagi anak usia di bawah 2 tahun dengan telur ayam sebagai sumber protein utama.

BACA JUGA:  Hanya Ada di NTT, 4 Sumber Makanan Pengganti Nasi

"Uji coba metode Kolombia ini sudah kami mulai di 2020 dengan tingkat keberhasilan sekitar 96 persen," katanya.

Setelah uji coba, pihaknya mengadopsi metode tersebut dengan membuat satu referensi menu seimbang yang sama untuk diberikan kepada setiap desa yang dipantau langsung melalui puskesmas setempat.

Ia menjelaskan melalui metode Kolombia ini, anak-anak mengkonsumsi satu butir telur dalam satu hari selama enam bulan berturut-turut.

Upaya ini berbeda dengan penanganan stunting sebelumnya secara terputus-putus. "Ada yang satu bulan anggaran, dua bulan, tiga bulan, jadi tidak maraton," katanya.

Petrus Herlemus menambahkan penanganan kekerdilan tidak boleh harus berkesinambungan, oleh sebab itu pihaknya akan terus menerapkan metode Kolombia untuk menuju target zero stunting di Sikka pada 2023.

"Upaya advokasi ke desa juga terus berjalan, juga pemantauan anak-anak stunting sehingga penanganan kami fokus dan terarah," katanya.(ANT)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Hartanto Ardi Saputra
Kasus Bayi Kerdil   NTT   Sikka   Kesehatan   Anak  

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co