GenPI.co - Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Alergi Imunologi Iris Rengganis memaparkan, batas bawah WHO terkait herd immunity terjadi ketika 70 persen populasi sudah divaksin tak lagi cukup dengan adanya varian Omicron.
Menurut Iris, batas bawah herd immunity seharusnya dinaikkan menjadi 85 hingga 90 persen.
"Omicron mampu menipu antibodi yang sudah terbentuk sebelumnya dan penularannya jauh lebih cepat," jelas Iris Rengganis dalam diskusi "Reinfeksi Covid-19: Apa yang Terjadi pada Tubuh Kita?", Rabu (2/3).
Hal tersebut dibuktikan dengan kasus covid-19 yang masih tinggi akibat varian Omicron, meskipun mayoritas masyarakat sudah mendapatkan vaksinasi dosis lengkap.
"Makin tinggi angka penularan di masyarakat, angka herd immunity dibutuhkan untuk lebih tinggi lagi," tuturnya.
Iris juga mengatakan bahwa lansia dan individu dengan penyakit komorbid lebih mudah mengalami reinfeksi virus covid-19.
Pasalnya, lansia dan individu dengan penyakit komorbid memproduksi antibodi pascavaksin yang lebih rendah dibandingkan populasi sehat.
"Jelas sekali risiko infeksi ulang menjadi jauh lebih tinggi, apalagi dengan munculnya varian Omicron," ungkap Iris Rengganis.
Menurut Iris, varian Omicron merupakan mutasi virus covid-19 yang kesekian kali, sehingga mampu menipu antibodi individu untuk mencegah infeksi ulang.
"Efektivitas vaksinasi juga menjadi jauh berkurang dengan adanya mutasi dari varian Omicron," paparnya.
Lebih lanjut, Iris berharap varian Omicron menjadi mutasi terakhir dari virus covid-19 agar penyakit tersebut bisa berubah status menjadi endemi.
"Seperti yang terjadi dengan influenza yang sekarang juga endemi, meskipun tiap tahun tetap terjadi mutasi dan vaksin yang dibuat juga berbeda-beda tiap tahun," imbuhnya.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News