GenPI.co - South East Asian Nutrition Surveys kedua (SEANUTS II) mengatakan bahwa asupan gizi untuk anak-anak Indonesia masih kurang. Akibatnya, prevalensi anak stunting dan anemia masih tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian SEANUTS II, sebanyak 20 persen balita di wilayah Jawa dan Sumatera mengalami stunting.
“Balita laki-laki yang stunting lebih tinggi angkanya dari perempuan,” ujar Peneliti SEANUTS II, Dian Novita Chandra, dilansir dari Antara, Kamis (23/6).
Jika dilihat berdasarkan area tempat tinggal, angka stunting di pedesaan lebih tinggi dibanding di kota.
"Di desa 33,6 dan di kota 20,6," katanya.
Secara keseluruhan, penelitian SEANUTS II menunjukkan bahwa permasalahan anak stunting atau berperawakan pendek dan anemia masih ada, terutama pada anak-anak usia dini.
Namun, untuk anak yang berusia lebih tua, prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas lebih tinggi dari pada anak usia kurang dari lima tahun.
Temuan lain juga menunjukkan bahwa aktivitas fisik harian anak usia sekolah ternyata belum mencapai tingkat kecukupan sedang yang direkomendasikan.
Hal itu disayangkan, karena tingkat kecukupan aktivitas fisik harian akan memengaruhi kebugaran jasmani yang jauh akan berperan pada tahapan tumbuh kembang seorang anak.
Tak hanya itu, sebagian besar anak-anak juga tidak memenuhi kebutuhan rata-rata asupan kalsium dan Vitamin D.
Hasil pengecekan biokimia darah juga menunjukkan adanya ketidakcukupan Vitamin D pada sebagian besar anak.
Peneliti Utama SEANUTS II Rini Sekartini berharap temuan pihaknya bisa menjadi acuan tenaga medis, pemerintah, dan orang tua untuk menanggulangi masalah malnutrisi di Indonesia.
"Studi ini menunjukkan bahwa permasalahan stunting, anemia, asupan makanan, aktivitas fisik anak. dan kebugaran jasmani, perlu mendapat perhatian yang serius dari berbagai pihak," paparnya. (ant)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News