GenPI.co - Pengamat terorisme Ridlwan Habib menilai penanganan terorisme di Indonesia semakin baik jika dibandingkan dulu.
Sebab, menurut Ridwan, dulu lebih mudah untuk membeli bahan kimia untuk merakin peledak.
BACA JUGA: Pakar Sebut Pelabelan Teroris untuk KKB Berlebihan, Ini Alasannya
“Sekarang bahan kimia itu kalau kita ke lab harus pakai surat resmi, susah untuk cari bahan kimia. Kemudian bahan peledak, dulu mungkin bisa beli di pasar gelap, sekarang sudah susah,” ujarnya kepada GenPI.co, Jumat (30/4).
Meski demikian, para teroris juga semakin cerdas untuk melancarkan aksinya.
Dengan segela keterbatasannya, para pelaku teror terap mencari akal untuk membuat bom.
“Misalnya dengan pupuk urea, kemudian meramu sendiri cairan Triaseton Triperoxide (TATP),” katanya.
Menurut Ridwan, bahan-bahan yang diramu berasal dari cairan umum yang biasa ditemukan, kemudian diracik menjadi bahan peledak.
“Misalnya pembersih lantai, asam nitrat, kemudian pupuk urea. Kalau digabungkan dengan teknik, cara dan ukuran tertentu bisa menjadi bahan peledak,” katanya.
BACA JUGA: Komnas HAM Kecewa KKB Papua Dicap Sebagai Teroris
Tidak hanya itu, menurut Ridwan, para pelaku teror yang sudah ahli ini melakukan ‘advance learning’ untuk mengakali situasi.
“Kalau dulu menyerangnya susah, sekarang pakai pisau. Contohnya seperti penusukkan mantan Menkopolhukam Wiranto. Zakiah merasa putus asa, ingin menyerang tapi enggak punya senjata. Akhirnya pakai Airsoft gun,” ujar Ridwan. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News