GenPI.co - Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri diangkat menjadi Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Menurut Pengamat Komunikasi dan Politik Jamilludin Ritonga, pengangkatan Mega itu menimbulkan kontroversial di tengah masyarakat.
Dia menilai banyak akademisi menyayangkan Keputusan Presiden Jokowi yang mengangkat Mega sebagai Ketua Dewan Pengarah BRIN.
“Mereka menilai latar belakang Mega tidak cocok menduduki posisi tersebut,” ujar Jamilludin kepada GenPI.co, Kamis (6/5).
Jamilludin mengungkapkan pernyataan para akademisi itu masuk akal. Mereka beralasan latar belakang Mega memang tidak berkaitan dengan dunia sains.
“Selama ini Mega hanya dikenal sebagai politisi yang menjadi ketua umum partai, dan sempat menjadi presiden menggantikan Gus Dur,” sambungnya.
Hal tersebut patut disayangkan, tambahnya, karena Mega mau menerima tawaran tersebut.
Sebab, menurutnya, sebagai sosok yang pernah menjadi presiden, posisi tersebut bukanlah jabatan menarik untuk mantan pemimpin negara.
Dia menyimpulkan BRIN bukanlah dunia Mega. Karena itu, dia tidak patut menerima posisi tersebut.
“Sulit membayangkan Mega dapat mengarahkan para ilmuwan yang menjadi peneliti dan penemu inovasi di BRIN. Sungguh ironis orang-orang sekaliber mereka diarahkan orang yang tak pernah berkiprah di dunia riset dan inovasi,” jelasnya.
Jamilludin menyarankan agar posisi tersebut diberikan kepada ilmuwan indonesia yang tersebar di berbagai perguruan tinggi dan lembaga penelitian.
“Mega sebaiknya cukup menjadi negarawan, seperti yang diperankan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Jusuf Kalla (JK), dan Tri Sutrisno,” tegasnya.
Menurutnya, posisi tersebut jauh lebih terhormat daripada jabatan Ketua Dewan Pengarah BRIN.
“Biarlah para ilmuwan membesarkan BRIN melalui hasil riset dan inovasinya untuk kebanggaan negeri tercinta,” pungkasnya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News