Mendadak Mantan Pegawai KPK Beber Novel Baswedan, Mengejutkan

11 Mei 2021 08:35

GenPI.co - Polemik di tubuh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) makin memanas, hal tersebut membuat orang-orang yang ingin mempertahankan marwah KPK membeber kejadian tak lazim yang saat ini terjadi di lembaga antirasuah tersebut.

Salah satu yang berani blak-blakan adalah mantan Juru Bicara KPK Febri Diansyah. Menurutnya, di tengah kekisruhan Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) yang terjadi, muncul buzzer yang meresahkan. 

BACA JUGA: 2 Pendiri OPM Blak-blakan Bongkar Papua, KKB Teroris Makin Resah

Mereka mencoba menenangkan masyarakat dengan membandingkan 75 pegawai yang tak lolos dengan 1200-an pegawai lain yang lolos TWK.

"Harapannya mungkin untuk mengadu domba internal KPK, padahal bukan itu tujuannya," jelas Febri Diansyah di Twitter-nya, Senin (10/5).

Menurut Febri, poin utama yang diperjuangkan bukan soal angka pegawai, tetapi pada kredibilitas pertanyaan TWK yang meragukan.

Apalagi, publik sudah melihat draft pertanyaan TWK yang dinilai tidak masuk akal dan berhubungan dengan wawasan kebangsaan.

BACA JUGA: Mendadak Analis Politik Ini Bongkar Amien Rais, Kontroversial...

Fenomena ini kemudian dipakai buzzer untuk membuat berbagai isu, dibuat tidak nyambung, dan konsentrasi masyarakat menjadi bias.

Hal itu makin diperparah dengan labeling yang menimpa 75 pegawai KPK, mulai sebutan Kadrun, Taliban, bahkan Radikal.

"Poin utama ialah kredibilitas dan risiko penyingkiran 75 pegawai KPK," katanya.

Sebelumnya, Febri membeberkan, tak hanya kali ini saja penyidik KPK itu hendak disingkirkan, tapi sudah terjadi berulang kali. 

"Teror dan serangan juga terjadi berulang kali. Tapi ia tetap tegak lurus memberantas korupsi," ungkapnya melalui akun Twitter @febridiansyah, Sabtu (9/5).

Febri pun mengungkapkan, sekarang dengan alasan Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) yang kontroversial, Novel Baswedan dan 74 pegawai terbaik lain terancam dibuang dari KPK.

Febri pun membeberkan proses seleksi untuk menjadi pegawai lembaga antirasuah itu sangat berat. 

Bahkan, menurutnya pegawai-pegawai KPK sebelum Febri ditempa lebih berat dibandingkan dirinya.

"Pegawai-pegawai KPK angkatan sebelumnya, saya dengar melalui proses yang lebih berat," jelas Febri.

Dia pun menceritakan, bahwa dirinya setelah lolos seluruh tahapan seleksi pegawai KPK, harus melanjutkan pendidikan dasar yang disebut sebagai Induksi Pegawai KPK. 

Saat itu Febri dan teman angkatannya digembleng di Pusat Pendidikan Kopassus di Batujajar selama 2 bulan. Beberapa angkatan sebelumnya ada yang di BAIS TNI dan Akpol.(*) 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Tommy Ardyan

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co