Mengenang, Detik-detik Pemakzulan Presiden Gus Dur

24 Juli 2021 02:40

GenPI.co - Tanggal 23 Juli 201, menjadi sejarah kelam perjalanan Abdurrahman Wahid atau Gus Dur menjadi Presiden ke-4 Republik indonesia.

Ya, 20 tahun silam, Gus Dur dilengserkan melalui pemakzulan oleh DPR/MPR. Kala itu ketua MPR Amien Rais.

Menteri Perekonomi era Gus Dur, Rizal Ramli menceritakan kejatuhan mantan pimpinan PBNU itu dari kursi presiden.

BACA JUGA:  Kisah Pasien yang Terpapar Covid-19, Berawal dari Pulpen

"Sebulan sebelum kejatuhan Gus Dur, saya dipanggil Megawati ke kantor Wakil Presiden. Di situ dia menangis tersedu-sedu sampai sesenggukan," kata Rizal Ramli dalam wawancara bersama Refly Harun, Jumat (23/7).

Menurut Rizal Ramli, kala itu Megawati tidak terima perkataan yang disampaikan Gus Dur kepadanya sampai membuat suaminya, Taufiq Kiemas marah.

BACA JUGA:  Pengamat Bongkar Sepak Terjang Bambang Widjojanto, Telak

"Megawati bilang Gus Dur harus minta maaf, jika tidak, tidak akan dibela lagi kalau ada interpelasi dua," ujar Rizal.

Saat interpelasi yang pertama, Megawati membela habis-habisan supaya tidak terjadi apa-apa.

BACA JUGA:  Megawati Dapat Gelar Profesor, Pelengseran Gus Dur Diungkit

Kalau Gus Dur tidak meminta maaf, Megawati tidak akan peduli dengan apa pun yang akan tejadi pada saat itu.

Akhirnya, saya langsung telepon sahabatnya Gus Dur, Alwi Shihab dan bilang supaya menghadap ke istana bujuk Gus Dur untuk minta maaf.

"Namun, Gus Dur tetap tidak mau minta maaf karena yang dikatakan adalah hal yang benar," ucap Rizal.

Setelah Alwi, Rizal menelepon ke Yenny Wahid untuk membujuk Gus Dur, tetapi Gus Dur juga tetap bergeming.

"Habis itu saya datang malamnya karena kami memiliki hubungan yang dekat. Saya bujuk dia supaya mau minta maaf karena kalau tidak, pemerintah bisa jatuh," ungkapnya.

"Saya peluk Gus Dur dan bilang supaya tidak usah ikut campur urusan yang bukan urusan negara, tetapi tetap tidak mau dan akhirnya terjadilah proses tersebut," sambungnya.

Benar saja, lanjut Rizal Ramli, kondisi politik yang memanas dan tentara dari Kostrad mengerahkan tank-tank ke istana.

"Moncong tank mengarah ke istana yang membuat hal tersebut merupakan kudeta tidak langsung," kenangnya.

Dikatakan lebih lanjut oleh Rizal, posisi tank yang diarahkan ke istana kemudian membuat politisi sipil bergerak.

"Politisi sipil melihat hal itu selain menilai bahwa DPR dibubarin, dapat sinyal tentara Kostrad mengarahkan tank ke istana, ya akhirnya mulailah proses Gus Dur jatuh," pungkasnya. (*)

 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Cahaya

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co