GenPI.co - Akademisi politik Philipus Ngorang memberikan pendapatnya terkait lomba penulisan artikel yang digelar Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dalam rangka peringatan Hari Santri Nasional.
Lomba tersebut menuai polemik lantaran mengusung tema “Hormat Bendera menurut Hukum Islam” dan “Menyanyikan lagu Kebangsaan menurut Hukum Islam”.
Usai menuai kritik, BPIP pun meminta maaf dan mengganti tema menjadi “Pandangan Agama dalam Menguatkan Wawasan Kebangsaan” serta “Peran Masyarakat dalam Penanggulangan Pandemi Covid-19 Menuju Indonesia Tangguh dan Indonesia Tumbuh”.
Menurut Ngorang, BPIP sedang mengorek hal-hal yang tak perlu untuk dibahas.
“Hal itulah yang kerap menimbulkan masalah di negara kita selama ini,” ujarnya kepada GenPI.co, Rabu (18/8).
Ngorang menegaskan bahwa semua masalah kenegaraan sudah final sejak kemerdekaan Indonesia pada 1945.
“Semuanya final, mulai dari Pancasila, UUD, dan perangkat lainnya. Dalam perjalannya memang ada UUDS, tapi dikembalikan lagi oleh Soekarno pada 1959,” ungkapnya.
Pengajar di Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie itu pun mempertanyakan motif BPIP dalam menggelar lomba karya tulis tersebut.
Pasalnya, Pancasila pun mengandung nilai-nilai umum yang dapat diterima semua pihak.
“Kalau dikorek-korek terus, nanti agama lain pasti akan ikut mengkorek-korek masalah itu,” tuturnya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News