Kepala Densus 88 Bongkar Kelompok Teroris: Menyusup ke Pesantren

01 September 2021 09:45

GenPI.co - Kepala Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri Irjen Pol Martinus Hukom blak-blakan membeber kelompok teroris telah menyusupi pendidikan formal untuk mencari anggota.

Hal tersebut diungkapkan Martinus Hukom dalam diskusi daring pada Selasa, 31 Agustus 2021.

"Kemudian juga melalui jalur pendidikan formal maupun informal seperti pesantren, bahkan mereka menyusup di kelompok-kelompok belajar di perguruan tinggi," jelas Martinus Hukom.

BACA JUGA:  Cespleng! Kocok Pisang Campur Madu Khasiatnya Wow Banget

Martinus Hukom juga mengungkapkan, bahwa kelompok teroris juga menggunakan media sosial untuk mencari anggota. Ada pun akun yang digunakan khusus milik kelompok tersebut.

"Kita lihat juga bahwa pola rekrutmen mereka itu biasanya mereka gunakan internet, media cetak yang mereka buat sendiri, media elektronik, kemudian juga medsos. Lalu ada pengajian-pengajian khusus," beber Martinus Hukom.

BACA JUGA:  Keberuntungan 4 Zodiak Bikin Kaget, Rezeki Kinclong, Cinta Hot

Martinus Hukom pun menerangkan pergerakan kelompok teroris ini rata-rata memiliki satu tujuan utama.

Di antaranya, penegakan syariat Islam dan mendirikan negara khilafah di Indonesia.

BACA JUGA:  Geprek Jahe Campur Lemon Bikin Pria Makin Greng, Istri Lemas Puas

"Ujung pergerakan itu adalah penegakan syariat dan bentuk atau mengubah sistem negara menjadi sistem khilafah, meninggalkan ideologi kita yang bisa mengakomodir semua perbedaan yaitu pancasila dan kita melihat mereka mencoba mengubah sistem negara atau ideologi negara dengan ideologi yang mereka yakini," ungkapnya.

Saat ini, menurut Martinus Hukom, kelompok teroris yang biasa beraksi di Indonesia mulai terendus membahas kemenangan Taliban di Afghanistan.

Mereka terinsipirasi keberhasilan tersebut agar bisa terjadi di Indonesia.

"Di mana kita lihat ketika Taliban berhasil lalu mereka bertanya-tanya, kalau Taliban berhasil kenapa kita tidak bisa. Ini bisa menjadi modal bagi mereka untuk melakukan hal yang sama di Indonesia," ujar Martinus Hukom.

Selanjutnya, Martinus mencontohkan pihaknya mengendus adanya kelompok teroris Indonesia yang mulai berdiskusi kemenangan Taliban di media sosial.

"Oleh karena itu, kemarin ketika kita melakukan operasi, dan menemukan adanya mereka membentuk sel-sel baru di dalam media sosial lalu membahas dan berdiskusi tentang keberhasilan Taliban menguasai panggung politik di Afghanistan," jelas Martinus.

Martinus Hukom pun mengingatkan bahwa kelompok militan di Afghanistan dan gerakan teroris di Indonesia memiliki hubungan historis.

Pasalnya, kelompok teroris yang biasa beraksi di tanah air merupakan bekas kombatan di Afghanistan.

"Afghanistan secara historis mempunyai hubungan gerakan terorisme di Indonesia. Kita pada tahun 80-an dan 90-an NII mengirimkan orang kurang lebih kalau kita tidak salah ada 200 orang ke sana," ungkap Martinus.

"Saat ini ini orang-orang itu menjadi figur-figur sentral daripada kelompok-kelompok terorisme yang saya sebutkan tadi. Kelompok-kelompok intoleransi yang saya sebutkan tadi. Ada jamaah Islamiyah dan lain-lain," imbuhnya.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Tommy Ardyan

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co