GenPI.co - Pengamat politik dari Universitas Andalas Asrinaldi mengatakan, hubungan Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto dengan pendukungnya tidak sekuat pada Pilpres 2014 dan 2019.
"Banyak pendukungnya (Prabowo, red) yang kecewa," kata Asrinaldi kepada GenPI.co, Selasa (19/10).
Kekecewaan itu tak lepas dari keputusan Prabowo menjadi menteri pertahanan dalam kabinet Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Selain itu, kekecewaan tersebut juga berasal dari sikap Prabowo yang tak berani jadi oposisi dalam pemerintahan Presiden Jokowi.
"Karena beliau (Prabowo, Red) tidak berani menjadi oposisi dan menjadikan Gerindra sebagai Partai Penyeimbang kekuasaan pemerintah," jelasnya.
Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta Zaki juga menyampaikan hal senada dengan Asrinaldi.
Zaki, sapaan akrabnya mengatakan, hubungan Prabowo dengan pendukung dari kelompok-kelompok muslim tidak sekuat pada Pilpres 2014 dan 2019.
Hal itu kata Zaki tak lepas dari keputusan Prabowo menjadi menteri masuk ke dalam kabinet Presiden Jokowi.
"Tidak sedikit pendukung muslim militannya yang kecewa dengan Prabowo, karena merasa dilupakan dan ditinggalkan begitu saja," kata Zaki.
Menurut Zaki, meraih kembali simpati dan dukungan dari kelompok-kelompok muslim yang kecewa menjadi tantangan Prabowo menuju Pilpres 2024.
"Itu tantangan Prabowo, apakah dia mampu meraih kembali simpati dan dukungan dari kelompok-kelompok muslim yang kecewa itu," jelasnya.
Zaki menambahkan, jika gagal dan hubungannya terus renggang, Pilpres 2024 akan menjadi ajang kegagalan Prabowo maju sebagai presiden kali ketiga. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News