GenPI.co - Pakar hukum tata negara Refly Harun menilai bahwa kondisi daya tampung dan daya dukung lingkungan Jakarta yang rendah seharusnya tak jadi alasan pemindahan ibu kota.
Menurut Refly, masalah Jakarta hari ini adalah kesalahan dari perspektif kebijakan para pemimpin terdahulu dan hari ini.
“Siapa saja saya kritik, mulai dari RI 1 hingga DKI Jakarta 1. Perspektif lingkungan itu tak ada dalam pembangunan Jakarta,” ujarnya dalam diskusi daring “Agenda Kotor di Balik Ibu Kota Negara Baru?”, Sabtu (30/10).
Refly mengatakan bahwa masalah Jakarta bisa diselesaikan dengan mudah lewat mengantisipasi lonjakan jumlah manusia dan kendaraan.
“Makin banyak manusia, makin banyak butuh tempat. Makin banyak jumlah kendaraan, makin banyak polusi yang dihasilkan,” katanya.
Akademisi itu pun menegaskan bahwa solusi terbaik untuk permasalahan Jakarta adalah merelokasi dan membatasi jumlah kendaraan secara radikal.
“Kendaraan yang berjalan maksud saya, bukan kendaraan di garasi. Biarkan saja dia punya mobil banyak dan bayar pajak, tapi tak usah dipakai,” ungkapnya.
Menurut Refly, hal tersebut bisa dicapai dengan memindahkan sebagian aktivitas di Jakarta ke tempat lain yang masih dalam jangkauan.
“Pusat aktivitas di Jakarta bisa dipindah. Misalnya, kegiatan pemerintahan bisa disebar ke wilayah Jabodetabek,” ungkapnya.
Hal tersebut dinilai tak akan menimbulkan persoalan. Sebab, konektivitas antarwilayah di Jabodetabek sudah baik.
“Sudah ada jalan tol, sehingga seharusnya tak masalah. Ciptakan tempat-tempat pemerintahan baru saja ketimbang memindahkan ibu kota secara besar-besaran,” tuturnya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News