GenPI.co - Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Nostalgiawan Wahyudi menilai bahwa demokrasi Indonesia tak lagi bergairah dalam lima tahun terakhir.
Pasalnya, indeks demokrasi Indonesia dalam lima tahun terakhir tercatat makin turun.
"Sejak 2014, kontestasi politik di Indonesia cenderung menyebabkan politik bipolar yang memperuncing pengkubuan politik," ujar Nostalgiawan Wahyudi dalam "Proyeksi Demokrasi dan Dinamika Politik 2022", Rabu (2/2).
Nostalgiawan mengatakan bahwa pemerintah dan masyarakat kerap menyangkal bipolarisasi politik yang terjadi.
"Namun, bipolarisasi itu akan makin mengerucut dan mengeras pada tahun-tahun politik," jelas Nostalgiawan Wahyudi.
Menurut Nostalgiawan, poin-poin yang paling menurun dalam demokrasi Indonesia adalah kebebasan sipil, pluralism, pengelolaan pemerintah, dan kebebasan berpendapat.
Selain itu, artikulasi politik akan mendapatkan tekanan dari pemerintah, terutama dari yang dilakukan oleh kelompok oposisi.
"Ruang bagi oposisi untuk melakukan kritik akan digembosi lewat intimidasi, penghalauan massa, kriminalisasi, hingga tuduhan makan," ungkap Nostalgiawan Wahyudi.
Lebih lanjut, Nostalgiawan menilai pihak oposisi juga akan makin ofensif kepada pemerintah.
"Mereka akan memunculkan narasi nasional bahwa rezim terlalu berpihak, antikritik, dan tak demokratis," kata Nostalgiawan Wahyudi.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News