GenPI.co - Wakil Ketua Sekretaris Jenderal Persadaraan Alumni (PA) 212 Novel Bamukmin mempertanyakan maksud ucapan Presiden Joko Widodo yang menyebut penceramah radikal.
Novel mengatakan, apa yang disampaikan Jokowi bisa menyulut kegaduhan lagi.
Dirinya khawatir hal ini akan menjadi semacam provokasi yang bisa memecah belah anak bangsa.
"Padahal, banyak hal yang harus diselesaikan demi kepentingan rakyat yang sudah sekarat saat ini," kata Novel kepada GenPI.co, Jumat (4/3).
Novel mengatakan, alih-alih mengurusi penceramah, sebaiknya Jokowi menyelesaikan langkanya minyak goreng, melonjaknya utang, BPJS, JHT, dana haji, korupsi, dan berbagai masalah lainnya.
"Jangan bawa-bawa isu radikal-radikul terus itu sudah basi. Rakyat sudah cerdas dan jangan buat pengalihan isu karena mau nambah tiga periode," katanya.
Novel mengaku tak paham apa yang dimaksud Jokowi soal radikal.
Novel mengatakan, dalam pemahamannya radikal itu yang melakukan penghinaan terhadap agama dan yang membela penghina agama.
Selain itu, Nobel menyebut radikal itu orang yang selalu membuat gaduh karena menyampaikan komentar yang bukan tupoksinya.
Sebelumnya, Presiden Jokowi mengingatkan keluarga anggota TNI-Polri untuk disiplin dalam berperilaku, termasuk di media sosial.
Jokowi lantas mencontohkan ibu-ibu yang berkumpul dan asal dalam mengundang penceramah.
"Tahu-tahu mengundang penceramah radikal. Nah, hati-hati, hal-hal kecil harus mulai didisiplinkan," imbuhnya.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News