GenPI.co - Pengamat komunikasi dan politik Jamiluddin Ritonga mengomentari pencopotan Sofyan Djalil dari kursi Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN).
Sebelumnya, Presiden RI Joko Widodo alias Jokowi mengumumkan pencopotan Sofyan Djalil dari kursi menteri sebagai bagian dari reshuffle kabinet Indonesia Maju pada Rabu (15/6).
Sofyan sendiri sudah menjabat sebagai Menteri ATR sejak 27 Juli 2016 di masa pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla pada Kabinet Kerja.
Jauh sebelum membantu Jokowi, Sofyan juga sudah menjadi menteri selama kurang lebih 13 tahun sejak era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Jamiluddin pun menilai pencopotan Sofyan berdasarkan pertimbangan akomodir politik.
"Kalau karena itu, Sofyan Djalil sangat berpeluang di-reshuffle,"ujar Jamiluddin kepada GenPI.co, Rabu (15/6).
Menurutnya, Sofyan merupakan salah satu orang bawaan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
"Yang mana sudah tidak lagi seirama dengan politiknya Jokowi," tambahnya.
Menurut akademisi dari Universitas Esa Unggul itu, janji-janji politik Jokowi akan sulit diwujudkan bila kabinetnya hanya berdasarkan pertimbangan akomodir politik.
"Sebenarnya, kalau dasarnya atas kinerja, Sofyan Djalil sangat tidak layak di-reshuffle," ungkapnya.
Jamiluddin beralasan, kinerja Sofyan selama menjadi menteri cukup baik.
Saat ini, posisi Sofyan sebagai Menteri ATR/BPN digantikan mantan panglima TNI Hadi Tjahjanto. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News