GenPI.co - Dewan Pers mengimbau insan media untuk mengedepankan empati dan tidak membangun spekulasi terkait pemberitaan tentang istri Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Polri Irjen Pol Ferdy Sambo.
Ketua Komisi Pengaduan dan Penegakan Etika Pers Yadi Hendriana mengatakan hal itu untuk menghindari rasa traumatik yang dialami istri dan keluarga Jenderal bintang dua emas itu.
"Disebut dengan empati itu, kami melihat dampaknya bagaimana. Beliau (Istri Kadiv Propam, red) memiliki tiga putra dan putri yang masih kecil, yang tentu pers harus berempati terhadap itu," ujar Yadi Hendriana dalam jumpa pers, Jumat (15/7).
Yadi beranggapan seluruh pemberitaan yang saat ini beredar bersifat spekulatif dan berasal dari sumber tidak resmi sehingga menurutnya dampak pemberitaan sangat berbahaya.
Oleh karena itu, dia mengimbau insan pers untuk berpedoman pada Kode Etik Jurnalistik dalam menyebarkan sebuah pemberitaan.
"Informasi harus betul-betul dilihat secara profesional. Jangan ada spekulasi," jelas Yadi.
Dia bahkan menyebut insan pers sudah seharusnya menuliskan pemberitaan berdasarkan keterangan dari lembaga resmi, seperti Mabes Polri tanpa berspekulasi lebih jauh.
"Selain dari sumber resmi itu tidak bisa karena kasus ini sifatnya harus transparan, faktual, fakta-faktanya apa di lapangan dan apa yang terjadi," ungkap Yadi.
Sebelumnya diberitakan, adanya insiden polisi tembak polisi di rumah dinas Kadiv Propam Polri Irjen Pol Ferdy Sambo, kawasan Duren Tiga, Jakarta Selatan, Jumat (8/7).
Dalam insiden tersebut, istri Ferdy Sambo diduga menjadi korban pelecehan Brigadir J alias Yosua Nopryansah Hutabarat, yang merupakan sopir pribadinya.
Mengetahui hal itu, Bharada E pun langsung menghampiri posisi dari istri Kadiv Propam. Tak lama kemudian, insiden penembakan terjadi antara Brigadir J dengan Bharada E.
Peristiwa mengerikan itu pun mengakibatkan Brigadir J meninggal dunia di tempat.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News