Pembunuhan Munir, Konspirasi Terbesar Indonesia Setelah G30S/PKI

08 September 2019 14:31

GenPI.co - Sudah 15 tahun kematian aktivis HAM Munir Said Thalib belum juga terkuak siapa pembunuhnya. Satu tersangka mantan pilot Garuda Indonesia Pollycarpus Prijanto yang divonis 14 tahun dinyatakan tak bersalah oleh Mahkamah Agung setelah melakukan banding.

Meski demikian, Pollycarpus tetap dipenjara karena terbukti memalsukan dokumen sebagai kru tambahan Garuda Indonesia. Dengan pemalsuan dokumen tersebut, Pollycarpus menggunakan kesempatan menawarkan kursi kelas bisnisnya untuk diduduki oleh almarhum Munir.

Baca juga :

Angel Has Fallen Tayang, Lanjutkan Kisah Pembunuhan Presiden AS

Pengacara : Justru Kivlan Zein yang Jadi Target Pembunuhan!

Jadi Target Pembunuhan 22 Mei, Yunarto Wijaya: Tak Ada Dendam

Meski dalam persidangan, Pollycarpus dicurigai sebagai anggota Badan Intelejen Negara (BIN), namun Polly membantah dan bebas murni atas tuduhan terlibat pembunuhan Munir pada 29 Agustus 2018 lalu.

Sosok Munir adalah aktivis HAM yang vokal terhadap ketidakadilan pada era orde baru. Munir sebagai salah satu pejuang bagi orang-orang hilang yang diculik oleh Tim Mawar dari Kopassus setelah masa tergulingnya Soeharto dari pemerintahan, Munir ternyata menjadi target pembunuhan selanjutnya. 
Banyak asumsi menyebutkan, dari Munir, kebenaran tentang kasus penculikan yang ada pada masa itu akan terkuak. Jauh sebelum namanya melambung, sejak tahun 1998, Munir juga telah berkontribusi memperjuangkan hak asasi manusia. 

Namun sepak terjang Munir ini harus berakhir saat dirinya tengah melakukan perjalanan dari Jakarta ke Belanda. Tujuan Munir ke Belanda sebenarnya untuk menempuh pendidikan di Universitas Ultrech Belanda.

Sayangnya, ia harus kehilangan nyawa ketika dalam penerbangan dari Jakarta menuju Amsterdam, Belanda, pada 7 September 2004. Kematiannya dilingkupi misteri dan teori konspirasi yang belum bisa dibuktikan hingga kini. Kilas balik sejenak. Berikut fakta-fakta mencengangkan dari kasus pahlawan HAM ini. 

Hasil Autopsi, kematian disebabkan racun arsenik di tubuh Munir

Hasil autopsi yang dilakukan otoritas Belanda, Munir tewas karena menenggak racun arsenik. Pihak keluarga Munir meminta pemerintah membentuk tim pencari fakta yang independen untuk membuka semua tabir kepalsuan yang selama ini tertutupi. Menurut keluarga jika memakai proses hukum konvensional maka kemungkinan untuk terungkapnya semakin kecil. 

Penahan Pollycarpus hanya soal pemalsuan dokumen, Komnas HAM menyoroti persidangan Muchdi Purwoprandjono 

Penahanan Pollycarpus Budihari Priyanto yang ditetapkan bersalah. Namun Komisi Nasional HAM (Komnas HAM) menilai masih ada kejanggalan yang belum terungkap. Diduga, Pemerintah melalui Badan Intelijen Negara (BIN) yang merupakan otak dari penghilangan nyawa Munir secara paksa. 

Pada 2010, Komnas HAM dengan tegas membeberkan penemuannya terkait "cacat-cacat dari investigasi kepolisian, penuntutan, dan persidangan Muchdi Purwoprandjono".

Muchdi sendiri adalah mantan deputi kepala BIN yang bebas dari dakwaan membantu pembunuhan Munir pada 2008. Jika ditelusuri ke belakang, Muchdi pernah dicopot dari jabatannya di Kopassus atas dugaan terlibat penghilangan mahasiswa pada 1996 kasus yang disuarakan dengan sangat lantang oleh Munir semasa hidup.

Pembunuhan Munir hasi kejahatan konspiratif melibat Garuda Indonesia

Pihak Garuda Indonesia tidak melakukan investigasi internal terkait tewasnya Munir. Ketua TPF Munir, Brigadir Jenderal (Pol) Marsudi Hanafi menegaskan investigasi internal seharusnya dilakukan Garuda Indonesia seperti tertuang dalam UU Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan.

Kemudian, TPF juga menemukan adanya tiga surat tak lazim yang dikeluarkan Garuda Indonesia dan ketiganya ditujukan langsung untuk Pollycarpus. Salah satu surat ditandatangani oleh Vice President Corporate Security Garuda Indonesia, Ramelgia Anwar, yang bertanggal 4 September 2004 atau tiga hari sebelum Munir meninggal.

Dalam laporan yang dirilis KontraS disebutkan bahwa TPF "Menyimpulkan terdapat sejumlah bukti materil yang menunjukkan pejabat dan karyawan Garuda bersekongkol atau terlibat dalam meninggalnya aktivis HAM Munir".

Munir (Foto : JPNN)

Hasil penyelidikan TPF hilang atau disembunyikan sehingga publik tidak mengetahui.

Pada akhir tahun 2016, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memerintahkan Jaksa Agung HM Prasetyo untuk mencari dokumen tersebut. Namun, hingga kini belum ada kejelasan.

Banyak pihak meragukan kabar itu, muncul pertanyaan dasar, dokumen penting seperti itu kenapa bisa hilang. Mungkinkah TPF atau pun pihak istana berlaku serampangan. Bahkan ada indikasi hasil temuan itu sengaja disembunyikan agar tidak diketahui publik.

Koordinator KontraS, Yati Andriyani, meyakini bahwa hilangnya dokumen TPF Munir hanya dalih pemerintah saja. Apalagi juru bicara presiden saat itu, Johan Budi, mengatakan bahwa dokumen itu telah diserahkan oleh bekas Menteri Sekretaris Negara era SBY, Sudi Silalahi, kepada Istana.

Istri Munir Suciwati selalu menggelar aksi Kamisan hingga kini sebagai pengingat pemerintah

Kamisan yang digelar untuk mengingatkan pemerintah untuk mengungkap siapa dalang kematian suaminya. Kamis, 6 September 2019, dia bersama aktivis HAM kembali melakukan aksi rutinannya. Suciwati mengenang suaminya yang telah meninggal 15 tahun lalu.

Tonton Video viral berikut:

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co