Ini Pernyataan Lengkap PDFI Terkait Hasil Autopsi Ulang Brigadir J

23 Agustus 2022 15:10

GenPI.co - Berikut ini pernyataan lengkap Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia (PDFI) terkait hasil autopsi ulang Brigadir J.

Tim dokter forensik gabungan memastikan tidak ada bekas luka penganiayaan atau kekerasan dan murni hanya ada bekas luka tembakan senjata api di tubuh jasad Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J.

Ketua Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia (PDFI) Ade Firmansyah Sugiharto menjelaskan hal tersebut usai merampungkan seluruh proses autopsi ulang.

BACA JUGA:  Terbongkar! Ini Identitas Orang yang Mengancam Membunuh Brigadir J

"Tidak ada luka-luka pada tubuhnya selain luka-luka akibat kekerasan senjata api," kata Ade dalam konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta, Senin (22/8/2022).

Berikut Pernyataan Lengkap Dokter Ade Firmansyah Sugiharto terkait hasil autopsi Ulang Brigadir J.

BACA JUGA:  Komisioner Komnas HAM Kantongi Foto Jenazah Brigadir J di TKP

“Kami sesuai Pasal 133 ayat 1 (UU Keterbukaan Informasi Publik), bahwa ini kewenangan penyidik untuk membuat terang perkara ini dan kami harapkan hasil yang kami berikan bisa semakin meyakinkan penyidik tentang bagaimana luka-luka yang ada pada tubuh korban serta bagaimana efeknya terhadap tubuh almarhum.

Kami yakinkan kepada seluruh masyarakat Indonesia bahwa kami disini bersifat independen, tidak memihak dan tidak dipengaruhi oleh apa pun.

BACA JUGA:  Barang Bukti untuk Mengungkap Kasus Brigadir J Raib, Komnas HAM Kesulitan

Kami bisa yakinkan tidak ada tekanan tekanan apapun kepada kami sehingga bisa bekerja secara leluasa dan bisa menyampaikan hasilnya dalam kurun waktu 4 minggu kurang sedikit, sejak kami autopsi ulang di sana.

Apakah ada temuan penganiayaan? Jadi, saya bisa yakinkan sesuai hasil pemeriksaan kami, baik pada saat kami lakukan autopsi maupun pemeriksaan penunjang dengan pencahayaan dan hasil pemeriksaan mikroskopik, tidak ada luka-luka pada tubuhnya selain luka-luka akibat kekerasan senjata api.

Jadi, luka-luka yang kami dapat, semua tempat-tempat yang kami dapatkan informasi dari keluarga, yang diduga ada tanda-tanda kekerasan di sana, kami sudah bisa pastikan dengan keilmuan forensik yang sebaik-baiknya bahwa tidak ada tanda-tanda kekerasan selain kekerasan senjata api dari tubuh korban.

Apa perbedaan dari autopsi pertama?

Jadi, kalau apakah ada perbedaan apa tidak, tentu nanti akan kami lihat sama-sama, ya, pada saat kami perbandingkan di sidang pengadilan. Dari ahli pertama yang melakukan autopsi pertama, sekalipun juga kami yang melakukan autopsi ulang.

Autopsi ulang ini tentunya ada plus minusnya pastinya. Tentu gambaran luka pun pasti akan lebih baik di autopsi pertama daripada autopsi yang kedua.

Setelah kami review lagi, baik saat kami lakukan pemeriksaan dari foto serta gambaran mikroskopik, kami masih bisa meyakini bahwa luka-luka itu adalah luka tembak yang ada di tubuh korban, itu masih jelas sekali.

Ada berapa tembakan?

Kami melihat bukan arah tembakan. Forensik tidak melihat arah tembakan, tetapi arah masuknya anak peluru. Kami lihat ada lima luka tembak masuk dan empat luka tembak keluar.

Ada berapa penembak?

Jadi, kalau terkait berapa penembak saya tidak bisa jawab. Kami bukan saksi mata, tetapi memang dari luka-luka yang ada itu tadi, lima luka tembak masuk dan empat luka tembak keluar.

Di mana lokasi luka tembak?

Sesuai. Mungkin teman-teman juga sudah tau, ya, dimana saja lokasi tembakannya. Ada dua luka fatal tentunya, yaitu di daerah dada dan kepala.

Bagaimana dengan otak pindah ke dada? Jadi begini, apa yang didapatkan pada tubuh korban itu kami lihat, yang jelas sudah dikembalikan pada tubuh korban dan memang ada hal-hal yang harus dilakukan untuk mencegah adanya kebocoran atau apa karena banyak luka-luka di tubuh korban.

Ada pertimbangan karena jenazah akan ditransportasikan sehingga harus dilakukan beberapa tindakan yang seperti tadi, ditempatkan di tempat-tempat agar tidak mengalami ceceran segala macam.

Bagaimana dengan otak pindah ke dada?

Jadi begini, apa yang didapatkan pada tubuh korban itu kita lihat, yang jelas sudah dikembalikan pada tubuh korban dan memang ada hal-hal yang harus dilakukan untuk mencegah adanya misalnya kebocoran atau apa karena banyak luka-luka di tubuh korban.

Ada pertimbangan karena jenazah akan ditransportasikan sehingga harus dilakukan beberapa tindakan yang seperti tadi, ditempatkan di tempat-tempat agar tidak mengalami ceceran segala macam.

Yang jelas memang tidak ada organ yang hilang dan semua dikembalikan ke tubuh jenazah.

Luka di bagian muka bagaimana? Iya. Itu jelas ricochet, ya, jelas berdasarkan apa yang ada itu merupakan ricochet.

Luka memar? Tidak ada kekerasan di tempat lainnya. Saya bisa pastikan di sini dengan penelitian kami tidak ada kekerasan selain kekerasan senjata api dan memang yang fatal ada dua, yaitu di dada dan di kepala. Itu yang fatal pasti bikin meninggal.

Luka di jari? Jadi, kalau luka yang ada di tangan seperti yang tadi kami sampaikan itu adalah alur lintasan peluru. Jadi, namanya luka bagaimana anak peluru itu masuk ke dalam tubuh dan kemudian keluar serta dan mengenai organ tubuh lainnya dan termasuk di jarinya.

Yang jarinya itu adalah trajektori. Arah alur lintasan anak peluru. Jelas sekali peluru keluar dan mengenai jarinya. Jadi itu memang alur lintasan, kalau bahasa awamnya mungkin tersambar, ya, seperti itu.

Berapa jari? Ada dua, di jari kelingking sama manis tangan kiri.

Jarak tembaknya? Kalau jarak tembak kami sudah tidak bisa melihat lagi karena ciri-ciri luka yang kami temukan pada tubuh saat autopsi kedua memang bentuknya sudah dibersihkan dan sebagainya.

Jadi, bentuk luka, klim, lecet apa pun yang kami temukan pada luka tersebut juga sudah tidak bisa, warnanya atau bentuknya, sudah tidak sesuai lagi dengan yang asli sehingga kami tidak bisa menentukan, memperkirakan sebagai luka tembak jarak jauh atau jarak dekat atau sangat dekat.

Ciri-ciri luka yang ada di tubuh saat ini sudah tidak bisa kita interpretasi karena sudah tidak fresh.

Penyebab utama kematian berasal dari tembakan? Iya, kekerasan senjata api yang kami temukan di tubuhnya.

Dari tembakan di kepala dan di dada, mana yang pertama kali diterima? Yang jelas luka yang fatal itu. Jadi, saat ini tentunya sekalipun ada informasi yang bisa kami bagi kepada masyarakat, ada juga informasi-informasi yang tentunya harus kami jaga karena itu bagian dari penyidikan yang sedang terjadi.

Namun, kami bisa sampaikan ada 5 luka tembak masuk, 4 luka tembak keluar dengan yang fatal adalah di dada dan di kepala.

Kalibernya pelurunya sama? Untuk kaliber atau ukuran itu kami sudah tidak bisa tentukan. Pada saat kami akukan autopsi ulang ini, bentuk lukanya itu sudah tidak asli lagi, tidak sama seperti aslinya.

Adanya pembusukan ataupun adanya pemberian formalin, pengawetan jenazah, tentunya akan membuat bentuk luka itu mengalami perubahan.

Namun, ini yang pasti dan bisa kami sampaikan ke masyarakat dengan menggunakan keilmuan kami yang sebaik-baiknya dari forensik, bahwa luka-luka itu memang betul adalah kekerasan senjata api dan tidak ada luka lain selain senjata api.

Ada lima peluru masuk dan empat keluar. Dimana saja? Mungkin nanti itu saya akan jelaskan lebih jauh di sidang pengadilan.

Apakah ada sembilan tembakan atau lima peluru yang bersarang? Lima luka tembak masuk, bukan lima kali tembakan.

Empat luka keluar? Itu ada empat tembakan keluar dan ada satu yang bersarang. Sesuai dengan trajektorinya dari arah alurnya itu kami bisa tentukan ada yang bersarang di dalam tubuh.

Bersarang di mana? Yang bersarang ada di dekat tulang belakang.

Jarak tembak dekat? Saya tidak bisa pastikan. Dari pola dan ciri-ciri luka yang kami lihat, kami tidak bisa tentukan ini luka tembak jarak jauh atau dekat atau sangat dekat karena gambarannya sudah samar.

Tidak ada ciri-ciri seperti klim api ataupun yang lain sehingga kami juga sudah tidak bisa mengidentifikasi ini apakah jauh, dekat, atau sangat dekat, gitu.

Saat melindungi diri? Kalau melindungi diri atau enggak, saya enggak tahu, tetapi memang sesuai analisa kami terkait arah lintasan anak peluru itu juga memang sesuai dengan arahan lintasannya ketika keluar dari tubuh tersebut.

Soal kuku dicabut? Enggak. Kuku dicabut tidak ada sama sekali.

Seperti apa kasusnya dilihat dari forensik? Penegasannya seperti ini bahwa kami sudah lakukan pemeriksaan sebaik-baiknya terhadap tubuh Brigadir Yosua dengan keilmuan forensik sebaik-baiknya, dengan semua pemeriksaan yang kami miliki baik secara autopsi, maupun pemeriksaan penunjang dengan pencahayaan, hingga pemeriksaan mikroskopik.

Semuanya tadi kami sudah sampaikan, dokumennya sudah kami berikan kepada Bareskrim dan semoga ini memperkuat, memberikan keyakinan kepada penyidik, sebetulnya luka-luka terjadi seperti apa, ada dimana saja supaya tidak ada lagi keragu-raguan penyidik tentang kejadian ini.”(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co