Refly Harun Bongkar Reshuffle Usai Pilkada, Jokowi Takut Ini

18 November 2020 08:20

GenPI.co - Kelompok relawan Jokowi Mania (Joman) merilis nama-nama menteri yang layak di-reshuffle oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). 

Menanggapi hal tersebut, Ahli Hukum Tata Negara, Refly Harun menilai reshuffle akan terjadi pasca-Pilkada 2020.

BACA JUGA: Ade Armando Bongkar Ini, Habib Rizieq Nggak Level

Nama-nama tersebut ialah Menteri Sekertaris Negara Pratikno, Menteri Pariwisata Wishnutama, Menteri Pendidikan Nadiem Makarim, Menteri Agraria Sofyan Djalil.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo, Menteri Komunikasi dan Informasi Johny G Plate, Menteri Agama Fachrul Razi, dan Menteri Hukum dan HAM Yasona Laoly.

Dalam kanal YouTube-nya, Refly sempat mengaku pernah memprediksi bahwa tidak sampai satu tahun kabinet akan di-reshuffle. 

BACA JUGA: Fadjroel Rachman dan Ali Mochtar Ngabalin Dipecat Istana?

Akan tetapi, menurutnya sebentar lagi hal itu akan terwujud.

"Tidak sampai akhir tahun, spekulasi mengatakan sedang menanti Pilkada serentak 2020 tanggal 9 Desember nanti. Di mana dua orang harus dipastikan menang untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap Presiden Jokowi," ujarnya.

Refly mengatakan bahwa Pilkada Solo dan Medan menjadi oligarki Presiden Jokowi pasca dirinya tidak menjabat lagi. 

BACA JUGA: Takdir Kaya Raya, 4 Shio Panen Hoki dan Rezeki Minggu Ini

Refly juga menilai tidak akan ada kendala dalam Pilkada Solo, akan tetapi yang menjadi masalah ialah Pilkada Medan.

Karena menantu Jokowi Bobby Nasution harus berhadapan dengan Akhyar Nasution yang kini masih menjabat sebagai Plt Wali Kota Medan.

"Bayangannya, setelah Pilkada reshuffle akan terjadi. Jokowi mungkin akan lebih plong hatinya untuk me-reshuffle orang-orang yang dianggap tidak sesuai dengan target kerjanya," ujar Refly.

Diketahui, sebelumnya Jokowi sempat marah kepada para menteri karena dinilai tidak bekerja extra ordinary. 

Menurut Refly, kesempatan reshuffle ini dapat melukai partai-partai politik pendukung, karena harus mengurangi jatah dan menambah jatah partai pendukung untuk mendapatkan orang yang tepat.

Refly pun mencontohkan reshuffle pada era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang mengganti Patrialis Akbar dari fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) dengan Amir Syamsyuddin dari Partai Demokrat. 

Akan tetapi, menurutnya hal ini dikarenakan Mantan Presiden SBY memiliki legitimasi yang sangat besar sebagai pemilik Partai Demokrat. 

Sedangkan Jokowi hanyalah petugas partai dari PDIP.

"Jokowi terlihat lebih terbelenggu pada kekuatan-kekuatan politik yang mendukungnya. Salah satu alasanya karena dia tidak memegang satu partai politik pun yang kuat," jelas Refly.

"Di PDIP dia hanya petugas partai, karena suara akan mendengarkan Megawati sebagai ketua umum," imbuhnya.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Tommy Ardyan Reporter: Panji

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co