Istana Incar Anies Baswedan Kena Delik, Ngeri!

25 November 2020 07:40

GenPI.co - Buntut kerumunan massa terkait pulangnya Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab masih menjadi perbincangan publik. 

Bahkan, Pengamat Politik Rocky Gerung blak-blakan menilai rezim saat ini ingin Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menjadi salah terkait kerumunan massa di acara Habib Rizieq Shihab. 

BACA JUGA: Mahfud MD Tak Berkutik Dibongkar FPI, Buktinya Nyata

Tidak hanya itu, Anies juga dibidik melanggar Pasal 93 Undang-Undang Nomor 16 tahun 2018 tentang Kekarantina Kesehatan.

Dalam video yang diunggah di akun YouTube, Rocky Gerung mengatakan pihak istana berharap Anies kena delik. 

"Padahal polisi mengerti bahwa tidak mungkin diberikan delik pada sifat undang-undang yang tidak punya kekuatan hukum. Tentu saja polisi mengerti itu," tegas Rocky, Kamis (19/11).

BACA JUGA: IPW Bongkar Bahayanya Habib Rizieq, Ngeri!

Menurut Rocky pemanggilan yang terjadi terhadap Anies kemarin, disebabkan bahwa Istana tidak dapat mengolah informasi secara baik. 

Lebih lanjut, Rocky mengatakan Anies tidak dapat dijerat UU kekarantinaan, karena Presiden Joko Widodo (Jokowi) sendiri lebih memilih menerbitkan peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 Tentang Pembatasan Sosial Berkala Besar dalam Rangka Percepatan Penanganan Virus Disease 2019 (COVID-19).

"Saya anggap seluruh kejadian kemarin itu, terhadap Anies, HRS itu karena Istana tak punya think tank yang mengola informasi," jelas Rocky.

BACA JUGA: Keberuntungan Tingkat Dewa, 4 Zodiak Jauh Sial dan Cepat Kaya

"Masa Mahfud MD sendiri tidak punya pengetahuan bahwa Undang-Undang karantina itu tak diberlakukan, justru karena presiden ingin PSBB itu kan. Jadi mesti ada tim yang membaca itu," tambahnya.

Bahkan, Rocky menilai jika yang dilakukan terhadap Anies memiliki niat menjatuhkan, maka itu adalah blunder. Sebab, justru kini orang banyak yang berpihak pada Anies. 

Menurutnya, blunder tersebut terjadi karena saat ini di lingkungan Istana lebih percaya kepada buzzer ketimbang intelijen yang dimiliki.

"Jadi terlihat bocor terus kemampuan Istana mengolah informasi. Mengapa begitu, karena pendukung Istana sekarang cuma dua, satu buzzer juncto influenzer, yang kedua adalah komisaris relawan. Yang semuanya tidak punya kemampuan untuk membuat analisis keadaan," kata Rocky.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Tommy Ardyan Reporter: Mia Kamila

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co