Eksploitasi SARA dalam Berpolitik, Pengamat: Pikiran yang Sempit

26 November 2020 13:50

GenPI.co - Eksploitasi suku, agama, dan ras dalam politik identitas masih menjadi isu panas dalam ranah politik Indonesia. Padahal cara tersebut bisa dibawa ke level yang lebih mulia.

Pengamat politik Emrus Sihombing menyebut, para aktor politisi Indonesia masih terjebak di zona politik pragmatis.

BACA JUGAPengamat Sarankan Dialog Kebangsaan untuk Dinginkan Situasi

Menurut Emrus, eksplorasi politik identitas tersebut tercermin dari diksi-diksi yang dipakai politisi saat mereka berkampanye.

Semua hal tersebut dilakukan oleh politisi hanya demi mendulang suara terbanyak pada pemilu atau pilkada.

“Artinya apa? Yang penting dapat mendulang suara, maka eksploitasi politik identitas yang sempit masih akan terus dilakukan,” ujar Emrus pada diskusi virtual "Mungkinkah Bisa Lepas Dari Politik Identitas?", Rabu (25/11). 

Padahal, pengajar magister ilmu komunikasi di UPH itu menilai politik identitas sebenarnya bisa dibawa ke level yang lebih mulia.

“Yang tidak boleh itu politik identitas yang sempit, eksklusif, dan strereotip. Seolah-olah kita memahami kepercayaan orang lain dan budaya orang lain padahal itu dari kacamata orang luar,” kata Emrus.

Suku, agama, ras, dan budaya merupakan sesuatu yang yang sudah melekat pada manusia. Hal tersebut seharusnya menjadi hal yang mulia dan dihormati.

BACA JUGADebat Pilkada Tangsel, Saraswati Cerdas Bikin Takjub 

Emrus menilai tidak ada yang salah ketika politisi menggunakan politik identitas untuk berkampanye, tetapi hal itu harus dilakukan dengan cara yang terhormat.

“Boleh enggak bawa agama? Boleh. Akan tetapi untuk mengampuni seseorang dan memaafkan orang. Jangan malah mengancam orang,” tukas Emrus.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Hafid Arsyid Reporter: Chelsea Venda

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co