Pakar Hukum Top Bongkar Hasil Rekonstruksi, Polisi Mati Kutu

16 Desember 2020 07:20

GenPI.co - Ahli Hukum Tata Negara Refly Harun masih merasa janggal dengan rekonstruksi kasus penembakan yang menewaskan enam Laskar Front Pembela Islam (FPI) di KM 50 Tol Jakarta-Cikampek. 

Refly pun mempertanyakan bagaimana mungkin bisa empat tersangka tanpa borgol dimasukkan ke dalam satu mobil yang cuma dikawal dua petugas.

BACA JUGA: Mantan Kepala BIN Bongkar Fakta Habib Rizieq, Bikin Melongo

"Tiba-tiba semuanya meninggal, dan matinya dengan beberapa kali tembakan. Lalu kalau memang ditembak karena membela diri, karena mau merebut senjata. Kenapa menurut pengakuan keluarga dan orang yang memandikan jenazah ada semacam bekas-bekas penganiayaan? Diinjak dan diseret misalnya," kata Refly Harun, Senin (14/12).

Dalam kanal YouTube-nya, Refly Harun mengatakan bahwa permasalahan ini harus segera diterangkan tanpa adanya campur tangan dari pihak kepolisian. 

Sebab, tidak ada satu orang pun di dunia ini yang bisa menjadi hakim bagi dirinya sendiri.

BACA JUGA: Mahfud MD Bongkar Gerakan di Balik Habib Rizieq, Mengerikan!

"Masalah ini harus dibuat terang dan tidak bisa mengandalkan pihak kepolisian sendiri. Bukan tidak percaya pada polisi, akan tetapi itu berlaku secara universial di manapun di dunia ini. Bahwa orang tidak mungkin bisa menjadi hakim bagi dirinya sendiri," bebernya.

Menurut Refly dalam konteks ini yang dituju adalah aparat keamanan yang dianggap telah melakukan pembantaian. 

Oleh karena itu, mereka harus membuktikan bahwa memang betul itu bukan extra judicial killing.

"Melalui rekonstruksi itu kurang meyakinkan, mengenai koherensi ceritanya, logika berpikirnya tidak dapat," jelas Refly.

"Terutama ada adegan di mana empat laskar itu di masukkan ke dalam mobil dan hanya dikawal dua orang. Kalau mobilnya, mobil kecil ya tidak bisa banyak juga. Satu sopir kan tidak bisa apa-apa, artinya lebih banyak tersangka," tambahnya.

Refly Harun juga menilai bahwa rekonstruksi tersebut terlalu mulus. Sebab, terkesan mustahil untuk dapat membunuh empat orang tersebut jika hanya ada satu orang polisi yang memegang senjata. 

Karena yang satu lagi menjadi sopir dan tidak bisa begitu saja melakukan perlawanan terhadap Laskar.

"Lebih banyak laskar FPI tapi polisi kan bersenjata? Iya kalau dia berhasil memiting satu polisi dan dijadikan tameng atau sebagainya saya kira tidak semudah dan semulus itu juga tiba-tiba keempatnya tertembak dan meninggal," ungkap Refly.
 
"Seolah-olah tidak ada perlawanan sama sekali. Karena kalau kehebatannya begitu sempurna maka polisi cukup melumpuhkannya," pungkasnya.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Tommy Ardyan Reporter: Panji

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co