Indonesia vs Malaysia, Ada 'Roh' Bung Karno di GBK

05 September 2019 06:14

GenPI.co - Ganyang Malaysia! Demikian titah Presiden RI 1 Ir Soekarno pada masa konfrontasi dengan Negeri Jiran tersebut pada 1962. Meski sudah lewat 57 tahun lalu, nyatanya semangat itu menyala kembali bersamaan dengan digelarnya laga Kualifikasi Piala Dunia 2022 Indonesia vs Malaysia di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, Kamis (5/9) malam.

Bukan tanpa sebab laga ini begitu istimewa. Meski beberapa waktu lalu, pemimpin kedua negara, Presiden RI Joko Widodo dan PM Malaysia Mahathir Mohamad mesra bergandengan dalam kunjungan kenegaraan, nyatanya di lapangan hijau, Tim Garuda dan Harimau Malaya merupakan rival abadi yang tak bisa diakurkan. Diutak-atik sedemikian rupa, rumus perdamaian di sepakbola, bagi keduanya, sulit dipecahkan. 

Baca juga :

Head to Head Indonesia vs Malaysia: Hanya 1 Kata, Hantam!

Perkiraan Susunan Pemain Indonesia vs Malaysia, Beda Taktik!

Indonesia vs Malaysia: 2 Alasan Andritany Ardhiyasa Jadi Kapten

Namun ada satu masa di mana Malaysia gentar dalam menghadapi Indonesia. Masa ketika Bung Karno berkuasa. Pongahnya Negeri Jiran memang sudah ditampakkan sejak dulu kala. Terutama ketika mereka hendak menggabungkan Brunei, Sabah dan Sarawak ke dalam Federasi Malaysia padahal ini tidak sesuai dengan Persetujuan Manila.

Bung Karno lah yang paling lantang menentang rencana tersebut dan tegas menyebut hal itu sebagai bentuk neo-kolonialisme dan imperialisme gaya baru yang mengancam RI sebagai negara berdaulat. Bung Karno menyebut mereka boneka Inggris dan tindakan tersebut dikatakannya sebagai kontrol Negeri Tiga Singa terhadap kawasan Asia Tenggara. Gegara ini, Soekarno didemo di Kuala Lumpur pada 17 September 1963.

Masih lekat saat massa beringsut menyerbu Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) dan merobek Merah-Putih serta merebut Pancasila untuk kemudian membawanya ke PM Malaysia kala itu, Tuanku Abdul Rahman. Di hadapan pengunjuk rasa, Abdul Rahman dipaksa menginjak lambang negara kita. 

Indonesia berang. Kebencian warga terhadap masyarakat Malaysia pun tertanam, demikian uraian buku 'Indonesian Communism Under Soekarno' yang ditulis oleh Rex Mortimer, penulis berkebangsaan Australia pada 1974. Dalam buku tersebut diceritakan, ketika itu Ibu Kota DKI Jakarta dan kota lainnya seperti Surabaya hingga Medan bergejolak. 

Tepat 25 September 1963, demo besar-besaran di Indonesia balik menyerbu kedutaan Inggris dan Malaya (nama lain Malaysia) di Jakarta. Dampak dari unjuk rasa ini luar biasa. Sehari setelah aksi massa tersebut, Malaysia mmutuskan hubungan diplomatik dengan Indonesia. 

Demi melihat Garuda dan Merah Putih dilecehkan, Bung Karno tak terima. Hingga akhirnya menyerukan kepada seluruh bangsa Indonesia agar tak perlu bertekuk lutut dengan Negeri Jiran. "Kalau kita lapar itu biasa. Kalau kita malu itu juga biasa. Namun kalau kita lapar atau malu itu karena Malaysia, kurang ajar! Peluru kita Banyak, Nyawa Kita Banyak, Ganyang Malaysia!" demikian titah Ir Soekarno pada bangsa ini di pidatonya 3 Mei 1964.

Magisnya roh Bung Karno bisa jadi membawa asa bagi pertandingan Indonesia vs Malaysia hari ini. Meski demikian, jagalah martabat bangsa dengan tidak memprovokasi berbagai pihak agar pertandingan aman dan lancar. Selamat berlaga Tim Garuda, jangan kasih kendor Malaya!

 

Simak video pilihan redaksi berikut ini:

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Ardini Maharani Dwi Setyarini

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co