GenPI.co - Tragedi dan pesta pora melengkapi perjalanan menuju Piala Dunia 2022 di Qatar pada 20 November-18 Desember 2022.
Pesta sepak bola paling megah di dunia itu disebut-sebut menggunakan sistem perbudakan terhadap para pekerja.
Pada Februari 2021, The Guardian menyebut 6.500 pekerja migran meninggal dunia dalam proyek pembangunan berbagai infrastruktur Piala Dunia 2022.
Menurut media terkemuka di Inggris itu, para pekerja yang meninggal berasal dari India, Pakistan, Nepal, Bangladesh, dan Sri Lanka.
Pemerintah Qatar tidak memungkiri ada pekerja yang meninggal, tetapi jumlahnya tidak seperti yang dilaporkan The Guardian.
Dikutip dari BBC, pemerintah Qatar menyebut ada pekerja yang meninggal. Namun, ada yang meninggal tidak berkaitan dengan pembangunan proyek Piala Dunia 2022.
Menurut otoritas Qatar, banyak pekerja yang meninggal ialah mereka yang sudah tinggal di sana selama bertahun-tahun.
Pemerintah Qatar mengeklaim penyebab mereka meninggal bermacam-macam.
Pakar dari Doha Institute for Graduate Studies Nawaf Altamimi juga membantah kabar yang menyebut ribuan pekerja meninggal dalam proyek Piala Dunia 2022.
“Beberapa media Barat menerbitkan berita untuk mendiskreditkan Qatar,” ucap Altamimi kepada Dohanews.
Pemerintah Qatar sendiri pernah menyebut 37 pekerja meninggal ketika mengerjakan proyek untuk Piala Dunia 2022 sepanjang 2014-2020.
Isu miring lainnya ialah banyak pekerja tidak dibayar. Pada 14 Agustus 2022, sekitar 60 pekerja migran berdemonstrasi di luar kantor Al Bandary International Group's Doha.
Dikutip dari Atalayar, mereka mengaku tidak digaji selama dua bulan. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News