GenPI.co - Anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI Ahmad Riyadh memberikan tanggapan soal klub Liga 1 Arema FC yang ditolak untuk menggelar pertandingan di beberapa kota.
Sebagaimana diketahui, Arema FC dijatuhi hukuman tidak boleh bermain di kandangnya, Stadion Kanjuruhan, seusai terjadinya tragedi yang menewaskan 135 korban jiwa.
Atas kejadian tersebut, salah satu hukuman yang harus dijalani tim berjuluk Singo Edan itu ialah tidak diperbolehkan menggelar laga kandang dan minimal harus berjarak 250 KM dari Stadion Kanjuruhan.
Mereka cukup kesulitan mencari kandang baru karena mendapatkan penolakan dari beberapa tempat, seperti di Stadion Sultan Agung, Bantul, dan Stadion Jatidiri, Semarang.
“Ya, harus tanya Arema, dong, biar akurat. Gini, sesuatu yang sesuai aturan oleh kebiasaan di daerahnya, wilayahnya, kan, enggak hanya mereka. Keamanan, kan, bikin kondusif,” ujar Riyadh kepada awak media di GBK Arena, Jakarta, Kamis (12/1).
Menurutnya, berkaca dari kejadian tersebut, ke depannya diperlukan sosialisasi dan pembelajaran agar tahu kalau partai tandang, partai hukuman itu bagaimana.
“Kalau 200 KM itu tempatnya di mana. Makanya itu harus meningkatkan persaudaraan antarklub hubungan dengan baik,” ucapnya.
Riyadh mengatakan kejadian Kanjuruhan merupakan kejadian yang luar biasa.
“Alasan suporter (menolak Arema FC, red) bukan enggak mau karena tidak senang dengan Arema. Tetapi klub ini masih ada masalah dengan yang meninggal, belum selesai,” jelasnya.
Menurutnya, para suporter menolak Arema FC berkandang di kotanya karena ingin tragedi Kanjuruhan diberesi terlebih dahulu.
Dampak dari belum dapatnya venue sebagai kandang, laga Liga 1 pekan ke-18 antara Arema FC melawan Borneo FC yang seharusnya digelar Minggu (15/1) resmi diundur sampai waktu yang belum ditentukan.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News