GenPI.co - Dewan Pembina Forum Akademisi Penggemar Sepak Bola Indonesia (FAPSI) Dimyati siap membantu PSSI untuk membuat sport science demi kemajuan sepak bola Indonesia.
Hal tersebut diungkapkan secara langsung oleh Dimyati saat menghadiri kegiatan pelantikan FAPSI dan bedah buku 'Revolusi Sepak Bola Indonesia: Roadmap Indonesia Menuju Piala Dunia', Sabtu (18/3).
Berlangsung di Hotel Merlynn Park, Jakarta, Dimyati mengaku siap berkolaborasi dengan PSSI dalam membangun tradisi sport science.
Sekadar informasi, sport science sendiri merupakan penerapan ilmu dalam mengoptimalkan pengembangan olahraga, dalam hal ini adalah sepak bola nasional.
Pasalnya, kemajuan olahraga sebuah negara tidak bisa dilepaskan dari sport science untuk mengkaji berbagai jenis olahraga khususnya bidang sepak bola.
“Kalau di negara-negara maju, sport science khususnya di dalam bidang psikologi olahraga itu sudah berkembang secara pesat. Misal di Inggris, bahkan di Liverpool itu sudah ada bidang sport psychology secara sarjana yang mengkaji khusus bidang sepak bola. Jadi banyak lulusan-lulusan di sana juga kajian-kajian penelitian yang terkait dengan sepak bola,” ujar Dimyati dari rilis yang diterima GenPI.co, Sabtu (18/3).
Guru Besar Olahraga Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) itu mengatakan, sport science dapat membantu PSSI dalam melakukan berbagai macam pembenahan.
Misalnya terkait dengan permasalahan wasit yang kerap dituding memberikan keputusan yang tidak adil, dapat diberikan pelatihan secara psikologis sehingga mampu memberikan keputusan yang terbaik.
“Kajian tentang mengapa wasit itu selalu memenangkan tuan rumah dalam sebuah pertandingan sepak bola yaitu dikaji secara ilmiah, kemudian ditemukan dan diberikan treatment secara psikologis, akhirnya secara signifikan berubah. Di Inggris, Italia juga sama seperti ini,” paparnya.
Oleh karena itu, Dimyati mendorong kepengurusan PSSI saat ini harus ada upaya revolusi untuk meningkat sepak bola, salah satunya dengan pendekatan sport science.
“Harus ada upaya dari PSSI yaitu revolusi salah satunya bagaimana menjadikan aspek psikologis itu bagian dari pertimbangan untuk meningkatkan kualitas wasit melalui pelatihan-pelatihan dan sebagainya,” terang Dimyati.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News