GenPI.co - Tarmika terlihat menerawang saat menceritakan suka duka membangun usaha sebagai penjual Soto Lamongan.
Matanya berkilatan, mencoba mengurutkan awal-awal membangun usahanya itu.
Dia tahu betul, usahanya penuh peluh. Saat awal, Tarmika hanya berkeliling berjualan dari satu tempat ke tempat lain menggunakan gerobak.
"Ya, dulunya cuma berjualan soto keliling-keliling," kata Tarmika yang dikenal memiliki Soto Lamongan Bu Mika ini kepada GenPI.co, Selasa (5/4).
Pendapatan dari hasil berkeliling pun lumayan. Tarmika menyisihkan hasil cuannya.
Tiba saat Tarmika menemukan lokasi strategis di kawasan Palmerah, Jakarta Barat. Dia berusaha menetap di sana lantaran pembeli cukup ramai.
Lokasi itu berada dekat dengan stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU). Namun, Tarmika ditimpa masalah.
Pengelola SPBU tak suka ada pedagang kaki lima berjualan.
"Di situ depan pom bensin, tetapi tidak boleh berjualan karena tempatnya harus bersih dari pedagang kaki lima," ujar Tarmika.
Bagi Tarmika, hidup adalah perjuangan. Dia pun memutar otak.
Tarmika mencari kios tak jauh dari SPBU tersebut. Dia sudah menghitung kawasan ini ramai dengan pembeli.
Tak disangka keputusannya menyewa kios tepat. Penjualan dari bisnis Soto Lamongan meningkat pesat.
Di kawasan itu, pelanggan silih berganti bahkan beberapa di antaranya menjadi pembeli tetap.
Usahanya makin memelesat. Akan tetapi kiosnya terlalu kecil dengan jumlah pembeli dan pelanggan yang terus bertambah.
Tarmika kembali membuat keputusan. Dia berpindah tempat dengan kios yang lebih besar.
Lokasi kios masih tak jauh dari tempat sebelumnya. Dugaannya pun kembali tepat, pembeli makin ramai dan pelanggan tetap terus bertambah.
Tarmika juga melakukan transformasi bisnis. Dia memanfaatkan platform atau aplikasi pesan antar untuk memenuhi permintaan pelanggan tetapnya.
Pendapatan dan cuan Tarmika terus bertambah. Dia mencoba untuk berekspansi dengan membuka cabang baru.
Cabang Soto Lamongan keduanya berada tepat di depan Kantor Graha Pena, Jakarta Selatan.
Cabang keduanya itu baru berjalan selama lima bulan dan sudah memiliki banyak pelanggan setia.
Sampai saat ini, Tarmika bisa memperoleh omzet sekitar Rp 1 juta hingga Rp 2 juta per hari.
"Biasanya, tuh, sampai dua juta per harinya," tuturnya.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News