GenPI.co - Maringan Tuah sempat dilema saat merintis bisnis sebagai penjual es doger.
Kala itu, dia tengah menempuh pendidikan sarjana pelayaran dan akan tamat setelah menyelesaikan semester terakhirnya.
Bisnis itu sebenarnya sekadar sampingan di saat waktunya sedang lowong.
Namun, takdir tiada yang tahu. Ayahnya dipanggil sang khalik.
Maringan tak punya banyak pilihan. Melanjutkan kuliah sudah tidak ada yang membiayai.
Sementara itu, bisnis es dogernya baru saja dimulainya. Satu-satunya pilihan Maringan saat itu melanjutkan hidup.
"Kalau nerusin jualan (es doger, red) bisa buat hidup," kata Maringan Tuah dalam YouTube Kawan Dapur yang diunggah 8 April 2022.
Saat merintis usahanya, Maringan tak mau memasang target pendapatan besar.
Akan tetapi, pendapatannya terus bertambah dan optimisme terhadap bisnis es doger kian bertumbuh.
"Seminggu aku jualan untung hari pertama Rp 40 ribu. Ada semingguan itu sudah Rp 150-200 ribu. Aku berpikir ini bisa untuk jalan hidup," ujarnya.
Bisnis es dogernya makin hari kian moncer. Dia memangkalkan gerobaknya di Jalan Kusbini, di depan Balai Yasa, Yogyakarta.
Seporsi es dogernya dibanderol Rp 12.000. Setelah bisnisnya memelesat, dia juga menjual siomai sebagai pelengkap es doger.
Maringan punya alasan kuat untuk menambahkan siomai ke dalam daftar jualannya.
"Gimana caranya biar tambah ramai? Kita harus tambah menu terus. Tapi kita (ada) kalkulasinya," ucapnya.
Dari bisnisnya tersebut, dia membuka jumlah omzet hariannya yang mencapai puluhan juta.
"(Omzet harian, red) nggak mesti. Kalau pas adikku nggak jualan bisa Rp 10 juta," tuturnya.
Dia mengakui saat merintis usaha es doger tak selamanya mulus. Ada kalanya bisnisnya mengalami penurunan pendapatan.
Namun, yang dia tahu memulai bisnis apa pun pasti mengalami pahit.
"Kadang kita di bawah kadang di atas. Tapi kadang kita kan merasa sombong. Kita sadar itu kan pada saat terbentur," katanya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News