GenPI.co - Syarif merasakan jatuh bangun ketika menjalankan bisnis warung kopi yang diberi nama Kopi +62.
Pria kelahiran Kota Raha, Sulawesi Tenggara, itu pernah mengalami suka dan suka selayaknya pengusaha pada umumnya.
Sebelum menjalankan bisnis coffee shop, Syarif adalah konsultan industri di wilayah timur Indonesia.
Namun, dia memutuskan resign sebelum terbang ke daerah yang seharusnya menjadi tempatnya bertugas.
Dia lantas mendirikan Kopi +62 pada 2019. Kafe itu berada di Jalan Martandu, Kelurahan Kambu, Kecamatan Kambu, Kendari.
Saat itu Syarif menilai kafe memiliki masa depan bagus. Tekadnya pun makin kuat.
“Jadi, saya coba bikin coffee shop dengan modal saya waktu itu sekitar Rp 350 juta,” kata dia kepada GenPI.co Sultra pada 7 Juni 2022.
Menurut Syarif, sambutan masyarakat saat Kopi +62 mulai berdiri sangat bagus.
”Di luar ekspektasi, bahkan income per hari lumayan,” sebutnya.
Namun, perjalanan bisnisnya tidak selalu mulus. Pandemi covid-19 membuat bisnis tersendat.
Warung kopi milik Syarif bahkan hampir gulung tikar. Syarif pun hampir putus asa.
“Cuma dengan biaya yang sudah saya keluarkan, saya belum dapat apa-apa. Jadi, saya paksa buka aja,” ujar Syarif.
Kegigihan Syarif membuahkan hasil manis. Bisnis warung kopinya mulai membaik.
“Saya mikirnya yang penting karyawan saya kerja, dapat insentif, dan produktivitas di sini terpenuhi, ya, udah,” tuturnya.
Syarif mengatakan omzet Kopi +62 sebelum covid-19 mencapai Rp 15 juta sampai Rp 20 juta per bulan.
“Pas covid-19 saya tutup total. Omzetnya mulai bagus, ya, sekarang ini Rp 10 juta sampai Rp 12 juta per bulan,” ucapnya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News