GenPI.co - Google, Facebook dan X (sebelumnya Twitter) telah menanggapi Uni Eropa atas penggunaan platform karena diduga menyebarkan informasi yang salah selama perang Hamas-Israel.
Kini giliran TikTok yang telah mencantumkan langkah-langkah yang diambil untuk melindungi pengguna selama situasi kriris tersebut.
Dilansir Time sof India, TikTok mengatakan pihaknya "segera mengerahkan sumber daya dan personel yang signifikan" untuk membantu menjaga keselamatan pengguna.
"Kami berkomitmen terhadap transparansi saat kami berupaya menyediakan ruang yang aman dan terjamin bagi komunitas global," ujar laporan dari TikTok.
Kemudian, dia menambahkan, "Kami tetap fokus untuk mendukung kebebasan berekspresi, menjunjung tinggi komitmen terhadap hak asasi manusia, dna melindungi platform kami selama perang Hamas-Israel."
TikTok mengatakan bahwa sebagai bagian dari proses manajemen krisis, pihaknya meluncurkan pusat komando untuk merespons situasi dengan cepat.
Perusahaan juga sedang meningkatkan sistem deteksi otomoatis untuk menhindetifikasi, mendeteksi, dan mengapus konten grafis dan kekerasan secara real time.
Perusahaan pun menambahkan lebih banyak moderator yang berbicara bahasa Arab dan Ibrani utnuk meninjau konten terkait perang.
"Sejak serangan brutal pada 7 Oktober, kami terus berupaya keras untuk menghapus konten yang melanggar pedoman. Hinggan saat ini, kami telah menghapus lebih dari 500 ribu video dan menutup 8 ribu live streaming di wilayah yang terkena dampak karena melanggar pedoman," tutur TikTok.
TikTok mencatat bahwa mereka juga menghapus "media sintesis yang telah diedit, disambung, atau digabungkan dengan cara yang dapat menyesatkan komunitas tentang peristiwa di dunia nyata. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News