Kecerdasan Buatan Makin Meningkatkan Ancaman Disinformasi Pemilu di Seluruh Dunia

16 Maret 2024 13:40

GenPI.co - Kecerdasan buatan semakin meningkatkan ancaman disinformasi pemilu di seluruh dunia, sehingga memudahkan siapa pun yang memiliki ponsel pintar dan imajinasi licik untuk membuat konten palsu, namun meyakinkan, yang bertujuan untuk membodohi pemilih.

Dilansir AP News, ini menandai lompatan kuantum dari beberapa tahun yang lalu, ketika membuat foto, video, atau klip audio palsu membutuhkan tim yang terdiri dari orang-orang yang memiliki waktu, keterampilan teknis, dan uang. 

Kini, dengan menggunakan layanan kecerdasan buatan generatif yang gratis dan berbiaya rendah dari perusahaan seperti Google dan OpenAI, siapa pun dapat membuat “deepfake” berkualitas tinggi hanya dengan perintah teks sederhana.

BACA JUGA:  Bawaslu RI Bersiap Hadapi Perselisihan Hasil Pemilu di Mahkamah Konstitusi

Gelombang deepfake AI yang terkait dengan pemilu di Eropa dan Asia telah menyebar melalui media sosial selama berbulan-bulan, dan menjadi peringatan bagi lebih dari 50 negara yang akan melakukan pemilu tahun ini.

“Anda tidak perlu melihat jauh-jauh untuk melihat beberapa orang benar-benar bingung apakah sesuatu itu nyata atau tidak,” kata Henry Ajder, pakar AI generatif terkemuka yang berbasis di Cambridge, Inggris.

BACA JUGA:  KPU: PDIP Kuasai 2 Dapil DKI Jakarta pada Pemilu 2024

Pertanyaannya bukan lagi apakah deepfake AI dapat mempengaruhi pemilu, namun seberapa besar pengaruhnya, kata Ajder, yang menjalankan perusahaan konsultan bernama Latent Space Advisory.

Ketika pemilihan presiden AS semakin memanas, Direktur FBI Christopher Wray baru-baru ini memperingatkan tentang meningkatnya ancaman, dengan mengatakan bahwa AI generatif memudahkan “musuh asing untuk terlibat dalam pengaruh jahat.”

BACA JUGA:  Polisi: Percobaan Pembakaran Kantor KPU Malra Karena Tak Puas Hasil Pemilu 2024

Dengan deepfake AI, citra kandidat dapat tercoreng atau diperhalus. Para pemilih dapat diarahkan untuk memilih atau menjauhi kandidat – atau bahkan menghindari pemilu sama sekali.

Namun mungkin ancaman terbesar terhadap demokrasi, kata para ahli, adalah gelombang pemalsuan AI dapat mengikis kepercayaan masyarakat terhadap apa yang mereka lihat dan dengar. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Irwina Istiqomah

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co