Dahsyatnya Bakdo Kupat Gorontalo, Kumpulkan Keluarga Berserak

13 Juni 2019 02:31

GenPI.co – Lebaran ketupat atau bakdo kupat adalah tradisi masyarakat Jawa Tondano (Jaton) yang mulai menyebar ke berbagai daerah di Gorontalo. Tradisi tua ini merupakan bawaan para kombatan Perang Jawa yang diasingkan ke Tondano, Minahasa, Sulawesi Utara. Dalam perkembangannya, masyarakat Jaton menyebar ke berbagai daerah. Mereka juga membawa tradisi leluhurnya seperti bakdo kupat.

Bagi warga Jaton, Bakdo Kupat merupakan lebarannya orang yang telah menunaikan puasa sunah syawal. Mereka membuat ketupat dengan lauk yang lezat. Saat menikmati ketupat ini para sanak saudara diundang untuk makan bersama-sama. Kehadiran para saudara ini menambah kenikmatan tersendiri, apalagi banyak yang  berasal dari luar kota. “Ketupat itu merupakan rangkaian janur yang dianyam, menjadi kuat dan berfungsi sebagai wadah beras saat direbus,” kata Nelson Pomalingo, Bupati Gorontalo, saat bersilaturahymi ke Kampung Yosonegoro, Rabu (12/6).

Baca juga :

Selebgram Ini Bikin Ucapan Idul Fitri, Netizen Auto Emosi 

Mudik Epik Gak Pake Macet, Netizen Sebut Jokowi Dzolim 

Wahai Netizen, Tanya Bumbu Opor Ayam Itu ke Ibumu Bukan ke Google 

Rangkaian janur ini melambangkan kekuatan persaudaraan dan persatuan, saat menyajikan hidangan ini, sanak saudara datang untuk bersilaturahmi yang memperkuat rasa persatuan. Makna dan nilai bakdo kupat ini harus mampu dipahami oleh generasi penerus, kaum muda Gorontalo.

Kunjungan Nelson Pomalingo ke desa budaya Yosonegoro ini untuk mengunjungi sejumlah tokoh masyarakat Jaton. Dalam rombongannya terdapat Sekda Hadijah Tayeb yang juga seorang warga Jaton. “Alhamndulillah, syukuran ketupat berlangsung terus-menerus di Gorontalo.  Budaya ini adalah budaya Jawa Tondano, “ ujar Nelson Pomalingo.

Nelson Pomalingo terus mendorong dinamika masyarakat Jaton untuk mengembangkan kebudayaannya, termasuk pemanfaatannya untuk promosi pariwisata. Untuk itu Pemerintah Kabupaten Gorontalo telah memberikan  fasilitas rumah adat yang menjadi pusat informasi Jawa Tondano, penetapkan Reksonegoro sebagai desa konservasi budaya Jawa Tondano, hingga pembangunan monument ketupat. “Saya mengapresiasi rumah panggung tua yang masih tetap berdiri dan terjaga dengan baik,” ujar Nelson Pomalingo.

Ia berharap, masyarakat dan pemerintah desa tak hanya melestarikan Bakdo Kupat tapi juga melahirkan Peraturan Desa (Perdes) yang mengatur melestarikan fisik rumah panggung, pelestarian adat takbenda, seni tradisi dan kuliner.


Tonton lagi :



Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Ardini Maharani Dwi Setyarini

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co