Tradisi Unik Suku di Lombok, Bersihkan Rumah Pakai Kotoran Sapi

02 Januari 2022 13:50

GenPI.co - Desa wisata Suku Sasak Sade merupakan dusun yang masih merawat tradisi leluhur dan terletak di bagian selatan Pulau Lombok, tepatnya di kecamatan Pujut, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat.

Desa wisata ini telah dipertahankan selama 16 generasi dan kini menjadi tujuan wisata favorit bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.

Mujar, salah satu pemandu di desa wisata Suku Sasak Sade mengatakan salah satu tradisi unik yang masih dijaga hingga sekarang adalah membersihkan rumah.

BACA JUGA:  5 Suku Mayoritas di Indonesia dan Keragaman Budayanya

Tak sekadar membersihkan rumah secara biasa, masyarakat suku Sasak Sade membersihkan rumah pakai kotoran sapi.

"Ini memang sudah menjadi tradisi leluhur kami, sudah dari dulu turun-temurun dari nenek moyang kalau bersihkan lantai pakai kotoran sapi," kata Mujar kepada GenPI.co, Minggu (2/12).

BACA JUGA:  Menari, Cara Suku Osing Banyuwangi untuk Tolak Balak Pandemi

Mujar menjelaskan, ada tujuan khusus di balik pelumuran kotoran sapi di rumah-rumah suku Sasak Sade.

Karena kebanyakan pondasi rumah di suku ini menggunakan tanah, maka pelumuran kotoran sapi bertujuan agar tanah tidak retak.

BACA JUGA:  Mencengangkan! Suku di Bangladesh Punya Tradisi Berbagi Suami

Selain itu, kotoran sapi juga membuat rumah-rumah mereka tidak berdebu.

"Bisa 2-3 kali seminggu, tergantung yang punya rumah," katanya.

Soal bau, Mujar mengatakan masyarakat suku Sasak Sade sudah terbiasa, sehingga tidak merasakan bau apa-apa.

Alhasil, tradisi ini pun masih dipertahankan hingga sekarang.

Mujar mengatakan, kotoran sapi biasanya didapat dari kandang-kandang milik peternakan sejumlah warganya sendiri.

Jadi, warga bisa meminta kepada tetangganya yang kebetulan punya ternak.

"Yang punya biasanya senang karena kotorannya dibersihkan. Akan tetapi, ada perbedaan antara kotoran sapi dan kerbau," katanya.

Perbedaannya, kotoran sapi biasanya untuk membersihkan rumah secara harian.

Sementara, kotoran kerbau baru digunakan pada hari-hari tertentu atau ada upacara adat yang sakral.

Sebab, kerbau yang digunakan untuk membajak sawah merupakan hewan yang dihormati masyarakat.

"Jadi, dianggap lebih suci dan hanya digunakan untuk hari-hari tertentu," tandas Mujar. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Yasserina Rawie Reporter: Chelsea Venda

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co