Menari, Cara Suku Osing Banyuwangi untuk Tolak Balak Pandemi

Menari, Cara Suku Osing Banyuwangi untuk Tolak Balak Pandemi - GenPI.co
Tari Pitik-Pitikan Banyuwangi. Foto: ANTARA

GenPI.co - Semenjak pandemi covid-19, kabupaten Banyuwangi yang dijuluki ‘Sunrise of Java’ itu terpaksa harus memberhentikan aktivitas pariwisata dan ekonomi.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan selama masa pandemi tentunya juga membuat pendapatan masyarakat lokal dan para pelaku usaha di bidang pariwisata juga mengalami penurunan drastis. 

“Dalam hal ini perekonomian dari sektor wisata yang sehat dan aman covid-19 menjadi agenda dan tatanan yang mutlak, sebagaimana yang juga telah diterapkan di Sanggar Genjah Arum, Kemiren, miniatur literasi budaya Suku Osing, suku asli Banyuwangi yang dilestarikan,” ujar Azwar Anas dalam keterangan resminya.

BACA JUGA:  Rekomendasi Tempat Wisata Eksotis di Banyuwangi, Bikin Lupa Diri!

Sebagaimana Banyuwangi dikenal pula dengan kesenian tradisional, maka masyarakat setempat percaya dengan tari-tarian sebagai simbol tolak balak.

Salah satunya tari Pitik-Pitikan dan kehadiran Barong Kemiren dalam penyambutan Presiden Jokowi beberapa waktu lalu.

BACA JUGA:  Nikmatnya 4 Makanan Khas Banyuwangi, Bikin Kamu Lupa Mantan

Menurut pemangku adat Suku Osing, Setyo Herfendy, pemilihan Tari Pitik-Pitikan dan Barong Kemiren sebagai ‘ritual penyambutan’ tentunya bukan tanpa alasan. 

Menurutnya, Tari Pitik-Pitikan adalah simbol kesejahteraan. Sedangkan Barong adalah perwujudan dari singa atau harimau, yang mana dalam hal ini dapat mengusir roh jahat.

“Ayam pintar mencari rejekinya sendiri dengan mencakar-cakar kan kakinya ke tanah. Sedangkan Barong merupakan perwujudan dari singa atau harimau. Untuk mengusir roh jahat,” Setyo.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya